Minggu, 23 Desember 2012

EKONOMI PERIKANAN


EKONOMI PERIKANAN
 

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


                                                 OLEH:

NAMA                         : AKBAR NASIR
NIM                             : L241 10 254
KELOMPOK                : 1 (SATU)
ASISTEN                     : AHMAD ILHAM WAHYUDI



PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I.  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Perairan Indonesia sangat luas, terdiri atas lautan dan perairan umum (air tawar). Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh perairan tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan (capture) maupun budi daya (culture) mencapai 65 juta ton per tahun. Dari potensi 65 juta ton tersebut 57,7 juta ton merupakan potensi perikanan budidaya. Produksi ikan Indonesia pada tahun 2004 mencapai 6 juta ton (9%), yang terdiri atas 4,1 juta ton hasil tangkapan ikan laut; 0,5 juta ton hasil tangkapan ikan di perairan umum; dan sisanya 1,4 juta ton berasal dari usaha budidaya, masing-masing 0,7 juta ton hasil budidaya laut, 0,4 juta tob budidaya tambak/payau, dan 0,3 juta ton budidaya perairan umum. Produksi hasil perikanan budidaya sebesar 1,4 juta ton berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya baru mencapai sekitar 2,4% (Ghufran, 2008).
            Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2005, pemanfaatan sumber daya perikanan di perairan Sulawesi Selatan baru mencapai 30% dari potensi lestari. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi perikanan budidaya di Sulawesi Selatan belumlah maksimal. Kenyataan diatas tidak lepas dari kurangnya sarana dan prasarana pembudidayaan ikan yang ada. Keadaan tersebut umumnya dikarenakan alasan klasik berupa besarnya biaya investasi pengadaan lokasi dan peralatan pembudidyaan ikan yang umumnya masih dikelola oleh kelompok-kelompok nelayan setempat, sehingga menyebabkan kurang maksimalnya pemanfaatan potensi perikanan setempat. Pemerintah terus berupaya mengatasi hal ini, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya rutin memberikan paket bantuan pengadaan binih/benur kepada kelompok-kelompok nelayan namun hal ini kurang terlihat manfaatnya dikarenakan jumlah nya yang terbatas. Menyiasati keadaan tersebut maka para kelompok nelayan melakukan penangkaran binih/benur unggulan yang nantinya dibagikan atau dijual murah kepada nelayan setempat (Artasasta, 2003).
            Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, meliputi 12 kecamatan, luas wilayahnya mencapai 1.122,29 Km2 dan berpenduduk sekitar 279.887 orang. Daerahnya berada di pesisir Barat Sulawesi Selatan dengan ketinggian antara 0 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, memiliki tiga dimensi wilayah yaitu laut, daratan dan pegunungan. Hasil tangkapan perikanan laut mencapai 7.944,3 ton dan budidaya rumput laut 7.174 ton. Adapun jenis ikan di perairan Pangkep adalah peperek, gerot-gerot, kakap merah, kerapu, lencam, cucut, pari, layang, selar, kuwe, tetengkek, tenggiri, belanak, teripang, tembang, lamuru, kembung, gulama, cakalang, rajungan, udang putih, cumi-cumi, bawal putih, senanging, udang (dogol, windu, kipas), japuh, terubuk, tuna, teri, dan lain-lain (Rison, 2010).
            Berdasarkan data di atas dalam mata kuliah Ekonomi Perikanan yang membahas tentang fenomena dan persoalan yang berhubungan dengan bidang perikanan. Sehingga perlu diadakan praktek lapang untuk mengetahui fenomena dan persoalan yang terjadi. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya praktek lapang.

B.   Tujuan dan Kegunaan
            Adapun tujuan diadakannya praktek lapang Ekonomi Perikanan, yaitu untuk mengetahui dan dapat menghitung nilai tukar nelayan (NTN) setiap satu kali siklus dan untuk mengetahui siklus produksi, menganalisis konsumsi rumah tangga atau analisis pendapatan masyarakat pesisir terkhusus pada masyarakat nelayan.
            Adapun kegunaan diadakannya praktek lapang Ekonomi Perikanan, yaitu untuk membandingkan toeri yang diterima di bangku kuliah dengan realitas yang terdapat di lapangan. Dalam hal ini untuk mengetahui bagaimana pendapatan masyarakat pada musim paceklik dan pada musim panen setiap satu kali siklus (per tahun).






















II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.   Pengertian Ekonomi Perikanan
            Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja (Arjuna, 2010).
            Perikanan memang semula berasal dari kegiatan hunting (berburu) yang harus dibedakan dari kegiatan farming seperti budidaya. Dalam artian yang lebih luas, perikanan tidak saja diartikan sebagai aktivitas menangkap ikan (termasuk hewan invertebrate lainnya seperti funfish atau ikan bersirip) namun juga termasuk kegiatan mengumpulkan kerang-kerangan, rumput laut dan sumberdaya hayati lainnya dalam suatu wilayah geografis tertentu dengan struktur kepemilikan  yang kebanyakan bersifat common property (milik bersama). Hal ini berbeda dengan budidaya atau aquaculture yang berhubungan dengan sumberdaya yang dapat dikendalikan serta struktur kepemilikan yang jelas (private property).
            Ekonomi Perikanan merupakan bidang yang unik karena sifat sumber dayanya fugitive dan kompleksitas pengelolaannya menuntut kajian tersendiri. Buku ini menyajikan secara komprehensif teori ekonomi perikanan yang diperkaya dengan aspek historis dan filosofis sehingga dapat dibaca oleh kalangan luas, tidak hanya akademisi. Penulis juga memaparkan kajian kebijakan dan pengelolaan perikanan baik dalam perspektif teoretis maupun empiris dan memberikan contoh-contoh yang mudah diikuti serta bahan diskusi dan latihan untuk menstimulasi pemikiran mengenai ekonomi perikanan. Bisa dikatakan inilah buku pertama di Indonesia yang secara utuh menyajikan teori ekonomi perikanan dari dasar hingga model bioekonomi dinamik (Fauzi, 2010).
           
B.   Ruang Lingkup
            Adapun yang termasuk dalam ruang lingkup ekonomi perikanan ialah : sumberdaya, alokasi, kebutuhan, permintaan, penawaran, harga keseimbangan, dan pasar. Tetapi yang dibahas hanya tiga karena yang lainnya sudah diketahui secara umum di perkuliahan.  
            Sumberdaya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik (intangible).
            Sumber daya ada yang dapat berubah, baik menjadi semakin besar maupun hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula istilah sumber daya yang dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) dan sumber daya tak terbarukan (non-renewable resources). Dan ada sumberdaya gabungan, yaitu SDA Biologis dan SD Tanah.
            Alokasi merupakan penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat (pembeli dsb); penjatahan; penentuan banyaknya uang (biaya) yang disediakan untuk suatu keperluan: pemerintah memberi dana kepada tiap desa untuk membangun gedung sekolah dasar. Dalam hal ini alokasi sumberdaya yang ada di suatu wilayah yang memilki potensi perikanan.
            Kebutuhan merupakan salah satu aspek psikologi manusia untuk menggerakkan dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi dasar untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini kebutuhan merupakan indikator suatu wilayah untuk melakukan suatu usaha di bidang perikanannya khususnya (Triarson, 2001).
C.   Perkembangan Ekonomi Perikanan di Indonesia
            Pembangunan eko­nomi per­ikanan pa­da triwulan I-2010 belum menunjukkan ada­nya perbaikan yang signifikan diban­dingkan periode yang sama pada tahun 2009. Hal ini dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator, yaitu total investasi, jumlah kapasitas produksi terpakai pada industri perikanan, nilai ekspor dan kesejahteraan nelayan, serta pembudi daya ikan.
            Hal ini perlu mendapat perhatian serius agar target pembangunan kelautan dan per­ikanan tahun 2010 dapat ter­­wujud dengan baik. Oleh sebab itu, berbagai terobosan dan perbaikan di internal bi­rokrasi kelautan dan perikanan hen­dak­nya terus dilakukan. Te­muan Badan Pemeriksa Ke­uangan (BPK) tahun 2010 mem­perlihatkan masih ba­nyak­nya kelemahan dalam ma­najemen pengelolaan per­ika­nan yang dilakukan Kemen­terian Kelautan dan Perikanan. Data Badan Koordinasi Pe­nanaman Modal (BKPM) 2010 menunjukkan bahwa total in­vestasi di sektor perikanan pa­da triwulan I-2010 mencapai US$ 1,3 juta atau setara Rp 11,96 miliar—asumsi nilai tu­kar rupiah terhadap dolar AS Rp 9200. Jumlah ini menurun 48,42 persen dibandingkan triwulan I-2009 yang mencapai Rp 24,7 miliar. Selain itu, data BKPM (2010) memperlihatkan bahwa total investasi sektor perikanan triwulan I-2010 ter­sebut seratus persen merupakan investasi asing (penanaman modal asing/PMA).
            Se­men­tara itu, pada triwulan I-2009 investasi sektor perikanan seratus persen bersumber dari dalam negeri (penanaman modal dalam negeri/PMDN). Hal ini membuktikan bah­wa minat investor dalam negeri belum membaik sejak triwulan II-2009, sementara kepercayaan investor asing cenderung meningkat sejak triwulan IV-2009. Memburuknya minat investor dalam negeri tersebut hendaknya menjadi perhatian utama pemerintah agar potensi sumber daya ke­lautan dan perikanan Indo­nesia dapat dinikmati ma­syarakat Indonesia. Hal ini pun sesuai dengan amanat Pasal 33 (3) UUD 1945 yang menyata­kan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya ke­mak­muran rakyat.”
            Perlu diakui bahwa untuk saat ini, meningkatnya kepercayaan investor asing di sektor perikanan sejak triwulan IV-2009 sangat membantu dalam peningkatan kegiatan usaha perikanan. Data Bank Indo­nesia menunjukkan bahwa ka­pasitas produksi yang terpakai pada industri perikanan pada triwulan I-2010 meningkat sebesar 86,72 persen, diban­dingkan periode yang sama ta­hun 2009. Nilai kapasitas produksi terpakai industri per­ikanan pada triwulan I-2010 mencapai 79,14 persen, sementara triwulan I-2009 hanya mencapai 68,63 persen. Gairah industri perikanan ini hendaknya terus dioptimalkan agar target peningkatan nilai ekspor perikanan nasional da­pat tercapai secara baik (Suhana, 2010).

D.   Potensi Ekonomi Perikanan di Indonesia
            Potensi ekonomi perikanan yang jauh lebih besar sesungguhnya terdapat di perikanan budidaya (akuakultur). Namun, sampai saat ini pemanfaatan perikanan budidaya masih sangat rendah, hanya 4,88 juta ton pada 2010 atau 8,5 persen dari total potensi produksi 57,6 juta ton per tahun. Perairan laut Indonesia yang berpotensi untuk usaha budidaya laut (mariculture) 24 juta hektar dengan potensi produksi lestari 41,6 juta ton per tahun. Pada 2010 barn diproduksi 3,4 juta ton atau 3,4 persen. Komoditas budidaya laut yang bisa dikembangkan antara lain kerapu, kakap putih, baronang, bawal bintang, teripang, abalone, kerang hijau, gonggong, kerang mutiara, dan berbagai spesies rumput laut. Luas perairan payau yang cocok untuk budidaya tambak 1,25 juta ha. Dengan potensi produksi lestari sekitar 10 juta ton per tahun pada 2010, produksinya baru 1 juta ton atau 10 persen. Jenis komoditas yang dapat dibudidayakan di tambak antara lain udang, bandeng, kerapu lumpur, nila, dll.
            Potensi produksi lestari perikanan budidaya air tawar (danau, waduk, sungai, kolam, saluran irigasi, dan sawah) 6 juta ton per tahun. Pada 2010 baru diproduksi sebesar 0,5 juta ton atau 8,3 persen. Beberapa komoditas unggulan yang bisa dibudidayakan di perairan tawar adalah ikan nila, patin, lele, emas, gurami, bawal air tawar, udang galah, dan lobster air tawar. Potensi perikanan budidaya yang luar biasa itu ibarat "raksasa tidur" yang bisa ditransformasikan menjadi sumber kesejahteraan bangsa melalui penerapan perikanan budidaya di setiap unit usaha. Ini meliputi penggunaan bibit unggul, pakan berkualitas, pengendalian hama dan penyakit, manajemen kualitas air dan tanah, tata letak dan konstruksi perkolaman, serta keamanan hayati. Dahsyatnya potensi perikanan budidaya dapat dilihat pada nilai ekonomi dari tiga komoditas saja: udang vaname, rumput laut Gracilaria spp dan Eucheuma (Dahuri, 2011).

E.    Nilai Tukar Nelayan
            Keberadaan NTN digunakan sebagai salah satu indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan nelayan. Selama ini melihat kondisi ekonomi nelayan hanya lihat dari pendapatan yang diperoleh. Penghitungan NTN dimulai sejak KKP bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, karena sebelumnya perhitungan NTN masuk ke dalam Nilai Tukar Petani. Dengan penghitungan secara khusus, maka kini kelompok masyarakat pesisir yang sering dikategorikan sebagai segmen masyarakat mayoritas miskin ini telah memiliki ukuran yang lebih akurat. Dari indikator NTN,  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa memastikan rata-rata nelayan sudah mampu menyimpan uang hasil usaha penangkapan ikan setelah membelanjakan kebutuhan rutin.
            Nilai Tukar Nelayan bersifat fluktuatif, di mana besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh musim, minimnya pasokan listrik, kondisi cuaca buruk dan kelangkaan BBM yang dipasok ke kapal penangkap ikan. Kemudian juga dipengaruhi oleh, musim migrasi ikan ke habitat asal, mekanisme pasar, hingga usia kapal penangkap ikan termasuk alat penangkap yang sudah kadaluarsa. Nilai tukar umumnya digunakan untuk menyatakan perbandingan antara harga barang-barang dan jasa yang diperdagangkan antara dua atau lebih negara, sektor, atau kelompok sosial ekonomi. Selain itu, NTN juga digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya. Dengan demikian maka kini untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan, semakin diperoleh yang lebih akurat dan obyektif.
            Pada tahun 2011, KKP melakukan beberapa inovasi dan terobosan guna tingkatkan kesejahteraan nelayan, seperti melakukan penghapusan retribusi untuk meningkatkan pendapatan nelayan, mengadakan kontrak produksi dengan Pemerintah Daerah, pengembangan Minapolitan, Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Selain itu, KKP akan menjaga pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kepentingan nelayan serta membuat jaring pengaman sosial nelayan yang meliputi, kartu nelayan, asuransi, dan sertifikat tanah untuk nelayan. KKP juga melakukan diseminasi informasi dan teknologi kepada nelayan dalam menangkap ikan di laut secara aman, efisien dan efektif pun terus dilakukan. KKP juga telah memanfaatkan teknologi dan mengirim informasi secara berkelanjutan seperti, prakiraan cuaca dan lokasi daerah tangkapan ikan (fishing ground) melalui pelabuhan perikanan. Memang belum semua nelayan memanfaatkannya, antara lain karena perbedaan tingkat adopsi teknologi masing-masing nelayan.
            Jika penerimaan atau pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, maka nelayan belum sejahtera. Demikian juga sebaliknya. Namun, jika pendapatan dan pengeluaran sama, maka secara statistik angka yang muncul dalam perhitungan NTN adalah 100. Angka 100 menggambarkan pendapatan dan pengeluaran sama. Di bawah 100 belum sejahtera dan di atas 100 dikatakan sejahtera. Dengan usaha terus menerus untuk mengembangkan keterampilan dan usaha nelayan, baik dari usaha penangkapan, budi daya maupun pengolahan, kita dapat berharap kesejahteraan nelayan terus meningkat pada tahun mendatang (Adityawarman, 2011).

F.    Siklus Produksi
            Siklus produksi ialah rangakaian aktivitas bisnis dan oprasi pemrosesan data terkait yang terus terjadi, berkaitan dengan pembuatan produk. System informasi akutansi (SIA) memainkan peranan penting dalam siklus produksi. Informasi akutansi biaya yang akurat dan tepat dan tepat waktu merupakan input penting dalam keputusan mengenai hal brikut : bauran produk (apa yang akan diproduksi); penetapan harga produk; alokasi dan perencanaan sumber daya: manajemen biaya (merencanakan dan mengendalikan biaya produksi, mengevaluasi kinerja).
            Aktivitas siklus produksi terdiri atas desain produk, perencanaan dan penjadwalan, oprasi produk, akutansi biaya, aktiva tetap harus diberikan kode garis untuk memungkinkan pembaruan yang cepat dan priodik data base aktiva tetap. Fungsi kedua dari SIA yang didesain dengan baik, memberikan pengendalian yang memadai untuk memenuhi tujuan siklus produksi sebagai berikut:
·         Semua produksi dan perolehan aktiva tetap diotorisasikan dengan baik;
·         Persedian barang dalam proses dan aktiva tetap terjaga;
·         Siklus produksi yang valid dan sah akan dicatat;
·         Siklus produksi dicatat dengan akurat; dan,
·         Aktivitas siklus produksi dilakukan secara efisien dan efektif.
            Siklus produksi merupakan serangkaian kegiatan usaha untuk mengasilkan produk atau barang secara terus-menerus. Keberadaan sistem informasi akuntansi sangat penting dalam siklus produksi, dengan sistem informasi akuntansi membantu menghasilkan informasi biaya yang tepat dan waktu kerja yang jelas untuk dijadikan masukan bagi pembuat keputusan dalam perancanaan produk atau jasa yang dihasilkan, berapa harga produk tersebut, dan bagaimana perencanaan penyerapan dan alokasi sumber daya yang diperlukan, dan yang sangat penting adalah bagaimana merencanakan dan mengendalikan biaya produk serta evaluasi kinerja terhadap produktifitas yang dihasikan (Joe, 2011).


G.   Analisis Pendapatan
            Analisis pendapatan suatu usaha bertujua untuk mengetahui seberapa besar tingkat profibilitas usaha tersebut secara financial. Makin luas usaha makin tinggi tingkat presentase penghasil rumah tangga. Tetapi bagi yang memiliki usaha di bidang dagang, jasa dan kerajinan mempunyai sumbangan yang sangat penting dalam pendapatan rumah tangga. Dengan kata lain semakin rendah tingkat pendapatan semakin beranekaragam sumber nafkahnya.
            Analisis pendapatan adalah suatu bentuk pengamatan terhadap nilai akhir dari pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya-biaya ada dari pengeluaran lainnya. Jadi, tingkat pendapatan adalah besarnya hasil perolehan pengelolaan usaha yang menggunakan pola manajemen.
            Analisis pendapatan nelayan (Darius, 2009) :
                                         = TR – TC
Ket :        = Keuntungan usaha (Profit)
           TR = Pendapatan Kotor Usaha (Total Revenue)
           TC = Biaya Produksi ( Biaya Tetap + Biaya Variabel)
III.   METODOLOGI PRAKTEK
A.   Waktu dan Tempat
            Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Perikanan dilaksanakan pada hari Jumat–Minggu tanggal 6-8 April 2012 yang bertempat di Desa Pundata Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi-Selatan.

B.   Sumber Data
Sumber data pada Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Perikanan yaitu:
·         Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan    melalui wawancara dan observasi (menggunakan kuesioner).
·         Data sekunder, merupakan data pelengkap primer, yang diperoleh dari kelurahan setempat yang erat hubungannya dengan data primer.

C.   Teknik Pengambilan Data
            Teknik pengambilan  data pada Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Perikanan yaitu:
·         Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di lokasi yang terkait dengan tujuan praktek
·         Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang berkaitan dengan praktek lapang.
·         Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan selembaran kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan agar topik yang dibahas tidak terlalu jauh keluar arah di topik yang sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA
Adityawarman, 2011. Nilai Tukar Nelayan 2011 Lampaui Target. http://www.antaranews.com/berita/291461/nilai-tukar-nelayan-2011-lampaui-target. Diakses pukul 01:39 pada tanggal 5 April 2012.

Arjuna, 2010. Pengertian Ilmu Ekonomi dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari. http://junaardas.blogspot.com/2010/03/ekonomi-adalah.html Diakses pukul 23:12 pada tanggal 3 April 2012.

Artasasta, 2003. Menganalisis Tingkat Pekerjaan di bidang Budidaya di Sulawesi Selatan. http://wartapedia.com/. Diakses pada pukul 22:13 pada tanggal 2 April 2012.

Dahuri, Rokhmin, 2011. Membangun Perikanan Lanjutan untuk Masa Depan Indonesia. http://www.aquaculture-mai.org. Diakses pukul 22:32 pada tanggal 3 April 2012.

Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan. Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Joe, 2011. Siklus Produksi. http://joejoe.blogdetik.com/2011/12/23/siklus-produksi/. Diakses pukul 02:01 pada tanggal 5 April 2012.

Rison, 2010. http://www.kmb-sulsel.net/ Diakses pukul 01:03 pada tanggal 4 April 2012.

Suhana, 2010. Laporan Perkembangan Ekonomi Perikanan Indonesia Triwulan 1 2010. http://pk2pm.wordpress.com. Diakses pukul 22:22 pada tanggal 3 April 2012.

Triarson, 2001. Ekonomi Perikanan. http://www.scribd.com/doc/EKONOMI-PERIKANAN. Diakses pukul 01:12 pada tanggal 4 April 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar