LAPORAN EVALUASI PROYEK
AKBAR NASIR
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya selama berlangsungnya Praktek Lapang Evaluasi Proyek Perikanan hingga tersusunnya laporan lengkap
ini.
Laporan
lengkap ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah Evaluasi Proyek Perikanan. Laporan lengkap ini dapat tersusun
dengan baik setelah praktek lapang berakhir. Oleh karenanya, pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu hingga
tersusunnya laporan Lengkap ini, khususnya kepada teman-teman.
Penyusun
sangat menyadari bahwa laporan lengkap Evaluasi Proyek Perikanan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, saran maupun kritik yang sifatnya membangun kami akan terima
dengan segala kerendahan hati.
Akhirnya
penyusun berharap kiranya laporan lengkap ini dapat bermanfaat bagi yang
menggunakan.
Makassar, November 2012
Wassalam
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………………… i
HALAMAN SAMPUL ..…………………………………………………….. ii
LEMBAR NILAI …………………………………………………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL
................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN
......................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
……………………………………………………….. 1
B. Tujuan …………………………………………………………………. 3
C.Manfaat………………………………………………………………… 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Evaluasi Proyek............…………………………….. 5
B. Aspek
– Aspek Studi Kelayakan Investasi.....………………... 6
C. Jenis-jenis
biaya……………….............................................. 9
D. Analisis
Kriteria Investasi..................................................... 11
BAB III. METODOLOGI
PRAKTEK
A. Waktu dan
Tempat …………………………………………………. 15
B. Sumber data............................................................................... 15
C. Metode pengambilan
data ………………………………………… 15
D. Analisis Data. ……………………………………………………… 16
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Praktek …………………………………….. 17
B. Sarana dan prasarana ………………………………………………. 17
C. Data
Responden.............................…..…………………………….. 18
D. Analisis
Data................................................ ……………………… 18
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………... 21
B. Saran
…………………………………………………………………… 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia memiliki 8 potensi perikanan yang sangat
besar, manakala dilihat dari sisi luasnya perairan lautan, letak geografis,
wilayah maupun panjang garis pantai. Sebagai negara kepulauan, hampir dua
pertiga wilayahnya adalah lautan. Luas lautnya sekitar 3,1 juta km2,
yang terdiri dari perairan laut
nusantara 2,8 juta km2, dan perairan laut territorial 0,3 km2.
Bila ditambah dengan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), maka
secara keseluruhan luas perairan laut Indonesia adalah 5,8 juta km2,.
Sementara itu, garis pantai yang dimiliki Indonesia mencapai 81.800 km. Garis
pantai ini termasuk salah satu garis pantai yang paling panjang di dunia (Kompasiana, 2012)
Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan
diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi:
potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya
laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1
miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun,
potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi
bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potens
lainnya pun dapat dikelola, seperti sumber daya yang tidak terbaharukan,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia (Kompasiana, 2012)
Potensi sektor perikanan Provinsi Sulsel
meliputi perikanan laut dan perikanan darat (tambak air payau, kolam, sawah,
danau, sungai, dan rawa). Berdasarkan data produksi perikanan menurut
kabupaten/kota di Sulsel pada tahun 2005 menunjukkan, secara keseluruhan
produksi perikanan laut mencapai 315.734 ton dengan daerah pengahasil terbesar
adalah Kabupaten Bone sebesar 67.707,9 ton. Kemudian menyusul Kabupaten
Jeneponto dengan 43.670,7 ton, Kabupaten Takalar sebesar 39.543,5 ton.
Sementara produksi perikanan darat secara keseluruhan mencapai 425.753,44 ton
yang meliputi tambak 391.745,40 ton, kolam 13.798,90 ton, sawah 37,442 ton,
danau 14.252,40 ton, dan sungai 2.091,4 ton, dan produksi perikanan rawa
mencapai 5.919,30 ton (batukar,
2012). Sekitar 70 persen potensi ikan tangkap atau sekitar 600 ribu ton dari
900 ton total sumber daya ikan tangkap di Sulawesi Selatan belum dimanfaatkan.
Fenomena itu menunjukkan jika pengelolaan sumber daya ikan laut sebagian besar
masih tradisional dan menggunakan peralatan yang sederhana, misalnya kapal kayu
yang berkapasitas kecil, termasuk menggunakan perahu tradisional
"jolloro" (Kompasiana,
2012).
Dengan melihat latar belakang diatas maka
perlu diadakan praktek lapang untuk mengumpulkan data faktor produksi, analisis
data, dan interprestasi data sesuai teori evaluasi proyek.
B. Tujuan & Manfaat
Tujuan
dilaksanakannya praktek lapang Evaluasi Proyek Perikanan yaitu :
1.
Untuk mengetahui suatu kegiatan proyek
perikanan
2.
Untuk mengetahui aspek-aspek studi kelayakan
suatu proyek perikanan
3.
Untuk mengetahui aspek finansial studi
kelayakan proyek perikanan
Kegunaan dilaksanakannya praktek lapang Evaluasi Proyek Perikanan
untuk membandingkan materi yang didapatkan dibangku kuliah dengan keadaan di
lokasi praktek.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Evaluasi Proyek
Evaluasi merupakan penilaian dan analisis, apakah pekerjaan
atau proyek dapat dilaksanakan ( dilanjutkan ) atau tidak.Proyek adalah segala
kegiatan atau aktivitas yang diharapkan memperoleh keuntungan atau
kegunaan dalam waktu tertentu.
Evaluasi proyek adalah kegiatan penilaian dan analisis,
apakah suatu kegiatan pekerjaan atau proyek yang dilaksanakan ( dilanjutkan
) dapat memperoleh kegunaan atau keuntungan dalam suatu waktu tertentu
atau dalam waktu yang di rencanakan. Keputusan yang dihasilkan dalam evaluasi
proyek adalah :
· Menerima atau menolak seluruh proyek
tersebut.
·
Memilih
satu atau beberapa proyek yang memungkinkan menghasilkan laba dan sesuai dengan
dana yang tersedia.
·
Memilih
skala prioritas, dari beberapa proyek yang layak.
Manfaat
dari proyek adalah :
1.
Manfaat
secara langsung yang diterima sebagai akibat adanya suatu kegiatan proyek,
seperti naiknya nilai produksi dan jasa.
2. Manfaat tidak langsung, dimana
manfaat yang timbul sebagai akibat dan bersifat multiplier. Contoh : Pendirian
mall, mengakibatkan timbulnya manfaat dari penduduk di sekitar dari adanya mall
tersebut.
3. Manfaat tidak kentara yang timbul
karena adanya proyek tersebut dan tidak dapat diukur dengan uang. Seperti
pemikiran masyarakat yang sudah maju, sebagai akibat timbulnya pusat bisnis di
daerah tersebut.
Oleh
karena itu, bagi pebisnis sangat dimungkinkan untuk melakukan evaluasi proyek
bagi setiap pendirian perusahaan atau bisnis. Hal ini dilakukan, agar dapat
menilai apakah proyek tersebut sudah layak dilakukan dan sangat menghasilkan
keuntungan di masa yang akan datang, karena bisnis bukan hanya untuk sekarang,
tetapi untuk jangka panjang dan ke depan
B. Aspek – Aspek Studi Kelayakan
Investasi
1.
Aspek Produksi
Analisis
teknis berkenaan dengan kegiatan produksi dan operasi yang dijalankan.
Penilaian kelayakan diukur secara kuantitatif dengan menggunakan kuisioner
untuk melihat apakah menurut pelaku usaha kegiatan teknis produksi dan operasi
yang dijalankan telah layak secara ekonomi.
Faktor-faktor
yang yang menjadi pertimbangan dalam aspek produksi seperti sebagai berikut:
lokasi usaha, fasilitas produksi, bahan baku, tenaga kerja, teknologi, proses
produksi, jumlah, jenis dan mutu, produksi optimum, kendala produksi.
2.
Aspek
Pasar
Analisis
usaha dapat dilakukan secara kualitatif atau deskriptif kuantitatif untuk
mengetahui aspek pasar dan pemasaran. Secara umum, titik tolak dalam alur pikir
tersebut adalah penyusunan aspek pemasaran dapat dilakukan setelah pengusaha
mempunyai rencana pengembangan bisnis. Pengembangan bisnis dapat diarahkan
dalam rangka meningkatkan
omset atau volume penjualan dan untuk
meningkatkan efisiensi. Peningkatan omset penjualan dapat dicapai melalui
pilihan strategi bisnis yaitu, penetrasi pasar, pengembangan pasar,
pengembangan produk dan differensiasi produk.
Setelah
ditetapkan strategi bisnis yang akan dikembangkan, selanjutnya dilakukan
analisis pasar untuk mengetahui kelayakan aspek pasar. Hasil yang diinginkan
adalah sampai seberapa besar potensi dan peluang pasar yang tersedia serta
risiko pemasaran apa yang mungkin muncul apabila rencana bisnis tersebut dapat
diimplementasikan. Hasil tersebut diharapkan sebagai bahan untuk menyususn
target penjualan dan strategi pemasaran yang akan dikembangkan.
Strategi pemasaran meliputi kombinasi antara kebijakan
mengenai produk, tempat, harga dan promosi yang disesuaikan dengan kajian
risiko pemasaran dan target penjualan yang diinginkan. Potensi dan peluang
pasar dapat diketahui melalui kajian pasar yang ada saat ini dan pasar potensial.
Pasar efektif saat ini, antara lain dapat diketahui melalui identifikasi
mengenai jumlah dan karakteristik pelanggan, volume penjualan yang ada, tingkat
dan perkembangan harga, cara pembayaran, tingkat persaingan, kontinuitas
penjualan dan permintaan yang belum terpenuhi serta faktor lainnya yang
mempengaruhi potensi pasar
efektif.
Pada umumnya sumber informasi untuk mengkaji pasar
efektif berasal dari data primer (pengusaha dan pihak terkait lainnya).
Sedangkan pasar potensial antara lain dapat dikaji melalui data makro
permintaan, hambatan pemasaran yang bersifat kebijakan dan non kebijakan
seperti monopoli, pangsa pasar dan lain-lain. Pada umumnya sumber informasi
untuk mengkaji pasar potensial berasal dari data sekunder dari lembaga terkait.
Berikut ini faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam melihat aspek pasar
adalah sebagai berikut: permintaan, penawaran dan persaingan pasar, harga,
jalur pemasaran, kendala pemasaran, pemilihan pola usaha, market size dan
market share, segmentasi, positioning dan targeting.
3.
Aspek
Finansial
Dalam aspek
finansial ini akan disajikan informasi tentang biaya investasi, modal kerja,
cash flow dan biaya operasional yang terdiri dari fixed cost dan variable
cost. Sebelum menyusun analisis kelayakan finansial maka perlu dibuat
ihktisar biaya investasi. Cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha
yang terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow).
Aliran kas disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode
tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar,
2003: 179). Berdasarkan jenis transaksinya menurut Haming dan Basamalah (2003:
67), kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu:
·
Arus
kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang
mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang ada pada
industri kecil terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai
sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan
karena penerimaan ini bersifat rutin.
·
Arus
kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya
yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Outflow usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya tidak
tetap (biaya variabel). Kelayakan investasi dapat diukur dari berbagai
kriteria, yang dalam hal ini menggunakan; analisis break even point,
benefit/cost ratio, payback periods, net present value, profitability index,
internal rate of return dan rentabilitas ekonomi.
C. Biaya
Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap
adalah biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan di masa sulit. Biaya tetap
tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada
kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia
(Wordpress, 2012)
Biaya
variabel atau juga disebut variable cost adalah biaya yang umumnya berubah-ubah
sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar pula
biaya yang harus di keluarkan.Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja dalam pembuatan sebuah produk adalah biaya variable
(Wordpress, 2012).
D. Analisis
Kriteria Investasi
1) Net Present Value (NPV)
Nilai bersih sekarang atau net present
value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present value) dari
selisih antara benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada discount rate atau DF
tertentu. Net Present Value (NPV) yaitu
menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibanding dengan cost (biaya).
Salah satu kekuatan metode NPV
sebagai sarana mengevaluasi kelayakan rencana investasi barang modal adalah
penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai senyatanya cash flow yang
diperoleh pada masa yang akan datang.
Dengan demikian akan diperoleh benefitabilitas proyek yang lebih
mendekati kenyataan. Sedangkan kekuatan
metode evaluasi proyek ini adalah digunakan suku bunga kredit yang dipinjam
investor untuk membiayai proyek sebagai faktor pendiskonto.
Adapun rumus NPV adalah:
NPV = Σ{(Bt – Ct) / (1 – i)t}atauNPV = Σ{(Bt –
Ct) x DF}
Dimana:
Bt = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) pada tahun ke-t
n = Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Kriteria:
NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan
2) Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Pertumbuhan Analisis ini merupakan kelanjutan dari
analisis NPV.Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah NPV positf dengan jumlah NPV negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya
dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat.
Rumus analisis Net Benefit Cost Ratio adalah :
Dimana:
NPV (+)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah positif
NPV (-)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di
lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha impas
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk
dikembangkan.
3) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C merupakan perbandingan antara
Present Value Benefit dengan Present Value Cost. Apabila Gross B/C > 1,
proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya Gross B/C < 1, proyek tidak
layak untuk dilaksanakan.
Perbedaannya dalam perhitungan Net B/C, biaya
tiap tahun dikurangkan dari benefit tiap tahun untuk mengetahui benefit netto
yg positif dan negatif. Kemudian jumlah present
value positif dibandingkan dengan jumlah present value yang negatif.
Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C,
pembilang adalah jumlah present value arus benefit (bruto) dan penyebut adalah
jumlah present value arus biaya (bruto). Semakin besar Gross B/C, semakin besar
perbandingan antara benefit dengan biaya.
Artinya proyek relatif semakin layak.
Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C,
pembilang adalah jumlah present value arus benefit (bruto) dan penyebut adalah
jumlah present value arus biaya (bruto). Semakin besar Gross B/C, semakin besar
perbandingan antara benefit dengan biaya. Artinya proyek relatif semakin layak.
Indikator Gross B/C :
Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak (go)
utk dilaksanakan
Jika Gross B/C < 1, maka proyek tdk layak
(not go) utk dilaksanakan
4)
Internal rate
of return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat diskonto
yang menyebabkan NPV investasi sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai
tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu usaha, sepanjang setiap
benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun
berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama
sisa umur usaha.
Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi tingkat
return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat
pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus
lebih besar dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan
investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178). Rumus yang digunakan
untuk IRR adalah sebagai berikut:
dimana:
IRR = Tingkat pengembalian internal
i = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif
i’ = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negatif
NPV = Nilai sekarang yang positif
NPV’ = Nilai sekarang yang negative
5). Payback
Period
Merupakan jangka waktu /periode yang
diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan
dalam investasi suatu proyek.Indikator Payback Periods :
Semakin cepat kemampuan proyek mampu
mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka
proyek semakin baik (satuan waktu).
Perhitungan payback belum memperhatikan time
value of money :
dimana : I = besarnya biaya investasi
Ab = benefit bersih yg diperoleh setiap
tahunnya
METODOLOGI PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktik
lapang Evaluasi Proyek Perikanan diadakan pada hari Jumat sampai Minggu,
tanggal 09 - 11 November 2012 di Desa
Pa’jukukang, Kecamatan Pa’jukukang,
Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan.
B. Sumber Data
Sumber data pada Praktik lapang Evaluasi Proyek Perikanan yaitu :
1. Data primer (menggunakan kuisioner), merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui wawancara dan observasi.
2. Data Sekunder, merupakan data yang
diperoleh dari instansi pemerintah setempat.
3. Studi pustaka, merupakan data yang diperoleh dari
literatur.
C. Metode Pengambilan Data
1. Observasi adalah teknik penelitian dengan melihat langsung dan kondisi
daerah sekitar.
2. Wawancara adalah teknik penelitian dengan wawancara langsung dengan
masyarakat setempat
D. Analisis Data
Analisis
Kriteria Investasi yang akan digunakan dalam Evaluasi Proyek ada 5 yaitu :
1. Net
Present Value (NPV)
Adapun rumus NPV adalah:
NPV = Σ{(Bt – Ct) / (1 – i)t}atauNPV = Σ{(Bt –
Ct) x DF}
Dimana:
Bt = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) pada tahun ke-t
n = Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Kriteria:
NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan
2.
Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Rumus analisis Net Benefit Cost Ratio adalah :
Dimana:
NPV (+)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah positif
NPV (-)
= Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di
lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha impas
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk
dikembangkan.
3. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Adapun formulasi dari analisis IRR adalah
sebagai berikut :
Dimana :
i’ adalah DF dengan NPV positif
i”
adalah DF dengan NPV negatif
NPV’ adalah nilai NPV positif
NPV” adalah nilai NPV negatif
Bt =
Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct =
Cost (biaya) pada tahun ke-t
n
= Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF
atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Kriteria:
IRR > tingkat suku bunga yang berlaku,
maka usaha layak untuk di kembangkan
IRR < tingkat suku bunga yang berlaku,
maka usaha tidak layak untuk dikembangkan.
4. Gross
Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung Gross B/C ratio adalah sebagai berikut :
Indikator Gross B/C :
Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak (go)
utk dilaksanakan
Jika Gross B/C < 1, maka proyek tdk layak
(not go) utk dilaksanakan
5. Payback
Period
Perhitungan payback belum memperhatikan time
value of money :
dimana : I = besarnya biaya investasi
Ab = benefit bersih yg diperoleh setiap
tahunnya
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi
Kabupaten
Bantaeng adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Terletak dibagian selatan provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 395,83 km² atau 39.583
Ha yang dirinci berdasarkan Lahan Sawah mencapai 7.253 Ha (18,32%) dan Lahan
Kering mencapai 32.330 Ha. Secara administrasi Kabupaten Bantaeng terdiri
atas 8 kecamatan yang terbagi atas 21 kelurahan dan 46 desa. Jumlah penduduk
mencapai 170.057 jiwa. Kabupaten
Bantaeng terletak di
daerah pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang 21,5
kilometer yang cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput laut,
(bantaengsulsel, 2012).
Desa Pa’ Jukukang memiliki luas daerah
sebesar 11.9 km2.Desa ini terletak di kecamatan Pa’ Jukukang
kabupaten Bantaeng dengan jumlah penduduk sekitar 4.016 jiwa.Di desa Pa’
Jukukang terbagi atas 8 dusun.Adapun batas-batas wilayah dari desa Pa’ Jukukang
adalah sebagai berikut :
- Sebelah
Timur berbatasan dengan desa Borongloe
- Sebelah
Utara berbatasan dengan desa Tomboloe
- Sebelah
Barat berbatasan dengan desa Nipa-Nipa
- Sebelah
Selatan berbatasan dengan Laut Flores
Pada
umumnya mata pencaharian warga sebagai petani budidaya rumput laut, namun ada
juga masyarakat yang memiliki perkerjaan tambahan sebagai nelayan tangkap,
tukang kebun, dan petani. Pada tahun 2007 dana yang dialokasikan untuk
masyarakat tersebut berdampak positif pada awalnya. Tetapi seiring berjalannya
waktu pendapatan masyarakat semakin menurun. Penyebab utamanya adalah manajemen
dana yang buruk (Kepala Desa).
B. Data Responden
Nama : Sappara
Umur :
42 tahun
Pendidikan :
SMP
Tanggungan : 3
Orang
Usaha :
Penangkapan ikan
Nama Usaha :
Modal :
Modal Sendiri
Tujuan Usaha :
Sebagai Pekerjaan Pokok
C. Analisis Data
a). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C =
=
186 / -152,2 = 1,22
Adapun Net B/C yang diperoleh adalah 1,22.
Nilai tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai NPV+ dengan NPV- Jadi, dapat
disimpulkan bahwa usaha budidaya rumput laut yang dilakukan responden layak
untuk dilaksanakan karena >1 maka, Benefit yang diperoleh 1,22 kali lipat
dari cost yng dikeluarkan.
b). Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C
=
1,141
Adapun Gross B/C yang diperoleh adalah
1,141. Nilai tersebut diperoleh dengan cara membagi nilai PV Benefit dengan PV
Cost Jadi, dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya rumput laut yang dilakukan
responden layak untuk dilaksanakan karena >1.
c). Interest Rate of Return (IRR)
IRR = i’ + NPV’
/ NPV’ – NPV’’ (i’’-i’)
=
18% + (20%
- 18%)
= 17, 13%
Jadi, usaha budisaya rumput laut oleh
responden Layak dilaksanakan karena nilai IRR yaitu 17,13% > suku bunga yang
berlaku yaitu 15%.
d). Profitability Ratio (PR)
PR =
=
=
3,77
Nilai PR didapatkan dari PV Net Benefit
dibagi dengan PV Investasi dan didapatkan hasilnya sebesar 3,77.
Tahun
|
Benefit
|
Cost
|
Net Benefit
|
DF (15%)
|
NPV (15%)
|
PV (B)
|
PV (C)
|
DF (18%)
|
NPV (18%)
|
DF (20%)
|
NPV (20%)
|
0
|
0
|
110
|
-100
|
1
|
-100
|
0
|
100
|
1
|
-100
|
1
|
-100
|
1
|
10
|
70
|
-60
|
0,87
|
-522
|
8,7
|
60,9
|
0,847
|
-50,82
|
0,833
|
-49,98
|
2
|
25
|
15
|
10
|
0,756
|
7,56
|
18,9
|
11,34
|
0,718
|
7,18
|
0,694
|
6,94
|
3
|
35
|
30
|
5
|
0,658
|
3,29
|
23,03
|
19,74
|
0,609
|
3,045
|
0,579
|
2,895
|
4
|
45
|
20
|
25
|
0,572
|
14,3
|
25,74
|
11,44
|
0,516
|
12,9
|
0,482
|
12,05
|
5
|
55
|
15
|
40
|
0,497
|
19,88
|
27,335
|
7,455
|
0,437
|
17,48
|
0,402
|
16,08
|
6
|
70
|
15
|
55
|
0,432
|
23,76
|
30,24
|
6,48
|
0,37
|
20,35
|
0,335
|
18,425
|
7
|
75
|
15
|
60
|
0,376
|
22,56
|
28,2
|
5,64
|
0,314
|
18,84
|
0,28
|
16,8
|
8
|
100
|
20
|
80
|
0,327
|
26,16
|
32,7
|
6,54
|
0,266
|
21,28
|
0,233
|
18,64
|
9
|
120
|
18
|
102
|
0,284
|
28,97
|
34,08
|
5,112
|
0,225
|
22,95
|
0,194
|
19,788
|
10
|
180
|
20
|
160
|
0,247
|
39,52
|
44,46
|
4,94
|
0,191
|
30,56
|
0,162
|
25,92
|
Jumlah
|
715
|
338
|
377
|
6,019
|
-436
|
273,385
|
239,587
|
5,493
|
3,765
|
5,194
|
-12,442
|
Net Benefit
Tahun 0 -> 0 – 100 = -100
Tahun 1 -> 10 – 70 = -60
Tahun 2 -> 25 – 15 = 10
Tahun 3 -> 35 – 30 = 5
Tahun 4 -> 45 – 20 = 25
Tahun 5 -> 55 – 15 = 40
Tahun 6 -> 70 – 15 = 55
Tahun 7 -> 75 – 15 = 60
Tahun 8 -> 100 – 20 = 80
Tahun 9 -> 120 – 18 = 102
Tahun 10 -> 180 – 20 = 160
NPV (15%)
Tahun 0 -> -100 x 1 = -100
Tahun 1 -> -60 x 0.87 = -52.2
Tahun 2 -> 10 x 0.756 = 7.56
Tahun 3 -> 5 x
0.658 = 3.29
Tahun 4 -> 25 x 0.572 = 14.30
Tahun 5 -> 40 x 0.497 = 19.88
Tahun 6 -> 55 x 0.432 = 23.76
Tahun 7 -> 60 x 0.376 = 22.56
Tahun 8 -> 80 x 0.327 = 26.16
Tahun 9 -> 102 x 0.284 = 28.97
Tahun 10 -> 160 x 0.247 = 39.52
PV (B)
Tahun 0 -> 0 x 1 = 0
Tahun 1 -> 10 x 0.87 = 8.7
Tahun 2 -> 25 x 0.756 = 18.9
Tahun 3 -> 35 x 0.658 = 23.03
Tahun 4 -> 45 x 0.572 = 25.74
Tahun 5 -> 55 x 0.497 = 27.335
Tahun 6 -> 70 x 0.432 = 30.24
Tahun 7 -> 75 x 0.376 = 28.2
Tahun 8 -> 100 x 0.327 = 32.7
Tahun 9 -> 120 x 0.284 = 34.08
Tahun 10 -> 180 x 0.247 = 44.46
PV (C)
Tahun 0 -> 100 x 1 = 100
Tahun 1 -> 70 x 0.87 = 60.9
Tahun 2 -> 15 x 0.756 = 11.34
Tahun 3 -> 30 x 0.658 = 19.74
Tahun 4 -> 20 x 0.572 = 11.44
Tahun 5 -> 15 x 0.497 = 7.455
Tahun 6 -> 15 x 0.432 = 6.48
Tahun 7 -> 15 x 0.376 = 5.64
Tahun 8 -> 20 x 0.327 = 6.54
Tahun 9 -> 18 x 0.284 = 5.112
Tahun 10 -> 20 x 0.247 = 4.94
NPV (18%)
Tahun 0 -> -100 x 1 = -100
Tahun 1 -> -60 x 0.847 = -50.82
Tahun 2 -> 10 x 0.718 = 7.18
Tahun 3 -> 5 x
0.609 = 3.045
Tahun 4 -> 25 x 0.516 = 12.9
Tahun 5 -> 40 x 0.437 = 17.48
Tahun 6 -> 55 x 0. 37 = 20.35
Tahun 7 -> 60 x 0.314 = 18.84
Tahun 8 -> 80 x 0.266 = 21.28
Tahun 9 -> 102 x 0.225 = 22.95
Tahun 10 -> 160 x 0.191 = 30.56
NPV (20%)
Tahun 0 -> -100 x 1 = -100
Tahun 1 -> -60 x 0.833 = -49.98
Tahun 2 -> 10 x 0.694 = 6.94
Tahun 3 -> 5 x
0.579 = 2.895
Tahun 4 -> 25 x 0.482 = 12.05
Tahun 5 -> 40 x 0.402 = 16.08
Tahun 6 -> 55 x 0.335 = 18.425
Tahun 7 -> 60 x 0.28 = 16.8
Tahun 8 -> 80 x 0.233 = 18.64
Tahun 9 -> 102 x 0.194 = 19.788
Tahun 10 -> 160 x 0.162 = 25.92
D. Biaya
Biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Adapun total biaya
yang dikeluarkan untuk usaha penangkapan di Desa Pa’jukukang yaitu dapat
dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1. Total Biaya
Tahun
|
Total Cost
|
0
|
100.000.000
|
1
|
70.000.000
|
2
|
15. 000.000
|
3
|
30. 000.000
|
4
|
20. 000.000
|
5
|
15. 000.000
|
6
|
15. 000.000
|
7
|
15. 000.000
|
8
|
20. 000.000
|
9
|
18. 000.000
|
10
|
20. 000.000
|
Jumlah
|
338. 000.000
|
Sumber : Data Primer
yang telah diolah, 2012
Berdasarkan tabel 1
dapat diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan selama 10 tahun terakhir
untuk melakukan usaha penangkapan yaitu Rp. 338.000.000.
E. Penerimaan
Penerimaan adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Adapun penerimaan
yang diperoleh dari suatu usaha berdasar dari penjualan produk-produk hasil
produksi dan dipasarkan ke konsumen dalam jumlah yang telah disepakati
bersama(kedua belah pihak). Sehingga penerimaan yang diperoleh merupakan hasil
kali antara jumlah produk yang dihasilkan dengan tingkat harga yang berlaku.
Penerimaan yang diperoleh dalam usaha penangkapan didesa Pa’jukukang dapat
dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2. Penerimaan
Tahun
|
Benefit
|
0
|
0
|
1
|
10. 000.000
|
2
|
25. 000.000
|
3
|
35. 000.000
|
4
|
45. 000.000
|
5
|
55. 000.000
|
6
|
70. 000.000
|
7
|
75. 000.000
|
8
|
100. 000.000
|
9
|
120. 000.000
|
10
|
180. 000.000
|
Jumlah
|
715. 000.000
|
Sumber: Data
Primer yang telah diolah, 2012
Dari tabel diatas dapat
diketahui nilai total penerimaan dari usaha penangkapan yaitu sebesar Rp.
715.000.000. dimana pendapatan dari Tahun 0 yaitu Rp. 0 kemudian mengalami
peningkatan pendapatan selama 10 tahun terakhir.
F. Keuntungan
Keuntungan yang
diperoleh pada hasil penangkapan pada waktu tertentu atau tiap kali produksi
tidak sama. Hal tersebut dapat terjadi karena pendapatan tergantung pada hasil
penangkapan, karena semakin banyak hasil yang ditangkap maka semakin bayak pula
jumlah produksi yang dihasilakn dari usaha penangkapan. Nilai keuntungan usaha
desa Pa’jukukang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Keuntungan
Tahun
|
Pendapatan (TR)
|
Biaya (TC)
|
Keuntungan (TR-TC)
|
0
|
0
|
100.000.000
|
-100.000.000
|
1
|
10. 000.000
|
70.000.000
|
-60.000.000
|
2
|
25. 000.000
|
15. 000.000
|
10. 000.000
|
3
|
35. 000.000
|
30. 000.000
|
5. 000.000
|
4
|
45. 000.000
|
20. 000.000
|
25. 000.000
|
5
|
55. 000.000
|
15. 000.000
|
40. 000.000
|
6
|
70. 000.000
|
15. 000.000
|
55. 000.000
|
7
|
75. 000.000
|
15. 000.000
|
60.000.000
|
8
|
100. 000.000
|
20. 000.000
|
80. 000.000
|
9
|
120. 000.000
|
18. 000.000
|
102. 000.000
|
10
|
180. 000.000
|
20. 000.000
|
160.000.000
|
Jumlah
|
715. 000.000
|
338. 000.000
|
377. 000.000
|
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2012
Dari tabel
keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan yang dilakukan mengalami
peningkatan setiap tahunnya yang dimulai dari 0-10 dengan jumlah total
keuntungan selama 10 tahun yaitu Rp. 377. 000.000.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan
pada usaha penangkapan di Desa Pa’jukukang kec. Pa’jukukang Kab. Bantaeng dapat
disimpulkan bahwa :
1). Keuntungan yang didapat selama
10 tahun sebesar Rp. 377.000.000. Dapat dilihat bahwa usaha tersebut mengalami
peningkatan tiap tahunnya, artinya besarnya tingkat keuntungan tergantung dari
besarnya tingkat penerimaan yang diperoleh dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan.
2). Pada usaha penangkapan dapat
dinyatakan layak dengan kriteria Net B/C Ratio yang didapatkan sebesar 1 >
0, Gross B/C Ratio sebesar 1,141 >1 dan Internal Rate Of Return (IRR)
sebesar 17,13% (lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di Bank yaitu
15%), kemudian Probability Ratio sebesar 3,77.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan dapat disarankan bahwa :
1.
Diharapkan agar para nelayan dapat semakin meningkatkan
keuntungan dan pendapatan dan tidak merusak ekosistem yang ada dan tidak
melakukan over fishing.
2.
Perlunya di lakukan penelitian secara berkelajutan.
DAFTAR PUSTAKA
Kompasiana.2012.Diakses.http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/06/16/sumber-daya-perikanan-sebagai-tulang-punggung-perekonomian-indonesia. Pada
tanggal 14 November 2012.
Nila, 2011.Diakses dari situs http://nilamahandika.blogspot.com/2011/07/kriteria-investasi.html.Pada
tanggal 13 November 2012.
Wartapedia.2012.Diakses dari situs http://wartapedia.com/bisnis/potensi/903-minapolitan-potensi-perikanan-di-sulawesi-selatan.html. Pada
tanggal 14 November 2012.
Wordpress.2009.Diakses dari situs http://lilis08.wordpress.com/2009/11/13/biaya-variabel-dan-biaya-tetap/. Pada
tanggal 14 November 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar