EKONOMI
SUMBERDAYA PERIKANAN
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
NAMA : AKBAR NASIR
NIM
: L241 10 254
KELOMPOK
: 1 (SATU)
ASISTEN : ANDI PANCA WAHYUNI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia (thelargest
archipelagic country in the world) dengan wilayah laut yang lebih luas
daripada daratan. Jumlah pulau di Indonesia sebanyak 17.508 pulau dengan garis
pantai sekitar 81.000 km. Sekitar tiga perempat (5,8 juta km2)
wilayah Indonesia adalah perairan laut, yang terdiri atas laut pesisir, laut lepas,
teluk, dan selat. Keseluruhannya adalah perairan laut teritorial dengan luas
sekitar 3,1 juta km2. Indonesia juga memiliki hak pengelolaan dan
pemanfaatan ikan di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sekitar 2,7 juta km2.
Selain laut, Indonesia juga memiliki luas perairan umum atau perairan tawar
kurang lebih 54 juta ha, yang terdiri atas sungai, danau, waduk, rawa-rawa, dan
genangan air lainnya.
Perairan Indonesia sangat
luas, terdiri atas lautan dan perairan umum (air tawar). Potensi sumberdaya
perikanan yang dimiliki oleh perairan tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan
(capture) maupun budidaya (culture) mencapai 65 juta ton per tahun.
Dari potensi 65 juta ton tersebut 57,7 juta ton merupakan potensi perikanan
budidaya. Produksi ikan Indonesia pada tahun 2004 mencapai 6 juta ton (9%),
yang terdiri atas 4,1 juta ton hasil tangkapan ikan laut; 0,5 juta ton hasil
tangkapan ikan di perairan umum; dan sisanya 1,4 juta ton berasal dari usaha
budidaya, masing-masing 0,7 juta ton hasil budidaya laut, 0,4 juta tob budidaya
tambak/payau, dan 0,3 juta ton budidaya perairan umum. Produksi hasil perikanan
budidaya sebesar 1,4 juta ton berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan
budidaya baru mencapai sekitar 2,4% (Ghufran, 2008).
Berdasarkan data statistik
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2005, pemanfaatan
sumber daya perikanan di perairan Sulawesi Selatan baru mencapai 30% dari
potensi lestari. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi perikanan
budidaya di Sulawesi Selatan belumlah maksimal. Kenyataan diatas tidak lepas
dari kurangnya sarana dan prasarana pembudidayaan ikan yang ada. Keadaan
tersebut umumnya dikarenakan alasan klasik berupa besarnya biaya investasi
pengadaan lokasi dan peralatan pembudidyaan ikan yang umumnya masih dikelola
oleh kelompok-kelompok nelayan setempat, sehingga menyebabkan kurang
maksimalnya pemanfaatan potensi perikanan setempat. Pemerintah terus berupaya
mengatasi hal ini, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya rutin
memberikan paket bantuan pengadaan binih/benur kepada kelompok-kelompok nelayan
namun hal ini kurang terlihat manfaatnya dikarenakan jumlah nya yang terbatas.
Menyiasati keadaan tersebut maka para kelompok nelayan melakukan penangkaran
binih/benur unggulan yang nantinya dibagikan atau dijual murah kepada nelayan
setempat (Anonim, 2003).
Kabupaten
Pangkajene Kepulauan (Pangkep) secara administratif termasuk dalam gugusan
Kepulauan Spermonde yang memiliki luasan paling besar diantara kabupaten/kota
dalam lingkup kepulauan ini. Kabupaten Pangkep dicirikan oleh wilayah perairan
lautnya yang luas dengan taburan 117 pulau-pulau, dimana 80 pulau diantaranya
adalah pulau berpenghuni dan sisanya tidak berpenghuni. Perairan laut Kabupaten
Pangkep merupakan ekosistem dengan keragaman hayati yang sangat tinggi terutama
pada habitat terumbu karang di kawasan pulau-pulau kecil.
Kabupaten Pangkep memiliki wilayah
perairan yang lebih luas dibandingkan daratannya dengan perbandingan 1
berbanding 17. Total luas daratan, pegunungan dan pulau-pulau tanpa lingkup
perairannya adalah 1.112 km2, sementara luas lautnya adalah 17.100
km2. Pulua-pulau yang secara administratif termasuk dalam Kabupaten
Pangkep tersebar hingga ke pelosok selatan berbatasan langsung dengan Provinsi
Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Wilayah pesisir dan laut Kabupaten
Pangkep dicirikan dengan produktivitas ekosistem yang tinggi sehingga
dapat mendukung kegiatan perekonomian. Ditinjau dari segi ekonomi, sumberdaya
alam dan jasa lingkungan wilayah pesisir cukup tahan terhadap pengaruh krisis
ekonomi yang melanda negeri ini. Ekosistem pesisir utama Kabupaten Pangkep
adalah terumbu karang, mangrove, dan padang lamun (Megawanto, 2010).
Sebagai wilayah
yang memiliki 117 gugus pulau dengan 90 pulau yang berpenghuni, maka Kab.
Pangkep memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sebagian besar masyarakat
nelayan yang bermukim pada wilayah perairan umumnya bekerja sebagai nelayan
tradisional.
Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan salah satu spesies yang mempunyai produksi cukup banyak di Kab.
Pangkep. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep (2007)
menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan tembang di perairan Kab. Pangkep
dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami fluktuasi yang cenderung stabil (DKP
Kab.Pangkep, 2007).
Untuk mengetahui bagaimana aplikasi ekonomi sumberdaya perikanan dalam usaha
masyarakat terkhusus di kabupaten pangkep serta bagaimana biaya dan manfaat
yang diperoleh dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan maka dilakukanlah praktek
lapang mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktek
lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan adalah untuk aktivitas masyarakat tentang
pemanfaatan sumberdaya perikanan, mengidentifikasi sumberdaya perikanan di
lokasi praktek dan mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari
pemanfaatn sumberdaya periakanan.
Kegunaan dilaksanakannya praktek
lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan adalah untuk membandingkan materi yang
didapatkan dibangku kuliah dengan keadaan lokasi praktek.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ekonomi Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya alam merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi proses
pembangunan ekonomi suatu negara. Banyak yang beranggapan bahwa negara yang
banyak mempunyai sumberdaya alam akan mengalami proses pembangunan yang cepat.
Misalkan yang kaya akan sumberdaya alam dengan memiliki laut yang luas sangat
mungkin dilakukan budidaya air laut. Pada tahap perkembangan ekonomi
selanjutnya peningkatan produktivitas budidaya air laut akan sangat
mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain, seperti sektor industri dan jasa
(Aris, 2011).
Sumberdaya alam mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu
Negara (khususnya Negara sedang berkembang), dimana semakin tinggi pertumbuhan
ekonominya, akan mengakibatkan persediaan sumberdaya alam yang tersedia akan
semakin berkurang. Hal ini karena
pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu menuntut adanya barang sumberdaya
dalam jumlah yang tinggi pula, dan barang sumberdaya ini diambil dari
persediaan sumberdaya alam yang ada.
Dengan demikian, terdapat hubungan yang “positif” antara jumlah barang
sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi, disamping juga hubungan yang “negative”
antara persediaan sumberdaya alam dengan pertumbuhan ekonomi.
Sumber daya
perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan
berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang. Disisi lain,
sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik dengan ataupun tanpa intervensi
manusia (Sulistiyanti, 2007).
B. Ruang Lingkup Ekonomi
Sumberdaya Perikanan
Secara garis besar
sumberdaya alam dapat dibagi menurut sifatnya menjadi tiga bagian, yaitu:
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources) dan sumberdaya alam
yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat diperbaharui dengan tidak dapat
diperbaharui.
Adapun ruang lingkup
dari Ekonomi Sumberdaya Perikanan terdapat pada dua kelompok para ahli dalam
hal ini kelompok optimisme dan kelompok pesimisme. Kelompok optimisme
berpendapat bahwa Sumberdaya Alam melimpah dan tidak akan pernah habis
lebih-lebih pada SDA yang dapat diperbaharui.
Sedangkan kelompok pesimisme berpendapat bahwa ketersediaan SDA sanagat
terbatas dan apabila SDA tersebut diambil secara terus-menerus suatu saat akan
habis (Aris, 2011).
C. Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Sumberdaya ikan berperan penting sebagai sumber mata pencaharian, lapangan
kerja, dan protein ikani bagi beberapa negara. Diperkirakan peningkatan jumlah
penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan gizi yang lebih baik akan
mendorong peningkatan permintaan produk ikan. Apalagi negara-negara di Asia
selain menjadi produsen ikan terbesar juga menjadi konsumen utama dari hasil
perikanan.
Di satu sisi, peran ekonomi dan sosial pemanfaatan sumberdaya ikan nampak
masih sangat besar besar, sehingga telah memberikan ruang bagi pengembangan
perikanan lebih luas khususnya perikanan laut yang secara kuantitafi
produksinya mencapai lebih dari 70% total produksi ikan di Indonesia. Di sisi
lain, kelangkaan dan kerusakan sumberdaya ikan dan habitatnya semakin meluas,
yang dikhawatirkan pada gilirannya berimbas pada berbagai permasalahan sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Menurut data FAO diperkirakan lebih dari 60% stok ikan
dunia telah diekploitasi pada tingkat penuh sampai tingkat rusak (depleted),
dan diantaranya tidak lebih dari 1% yang pulih kembali. Secara garis besar sumberdaya alam dapat dibagi menurut sifatnya menjadi
tiga bagian, yaitu: sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable
resources), sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable
resources) dan sumberdaya alam yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat
diperbaharui dengan tidak dapat diperbaharui (Anonim, 2003).
Pemanfaatan sumber daya perikanan yang berlebihan dapat mengakibatkan
timbulnya degradasi pada sumber daya tersebut. Selama ini, dampak degradasi
dianggap sebagai fenomena ekologi semata. Namun dampak degradasi yang lebih
luas mencakup berkurangnya kesejahteraan sosial yang seharusnya dinikmati oleh
masyarakat dari layanan barang dan jasa dari sumber daya perikanan. Salah satu
hal yang paling mendasar dan menjadi perhatian utama dari setiap pengembangan
sumber daya alam adalah besaran dampak kesejahteraan yang ditimbulkan dari
ekstraksi dan depresiasi sumber daya alam itu sendiri. Kesejahteraan diukur
dari manfaat sosial (social benefit) yang dihasilkan dari sumber daya
alam. Pengukuran ini sifatnyaexante sehingga sulit digunakan untuk
mengukur kesejahteraan dari kerusakan lingkungan dan depresiasi sumber daya
yang bersifat baik.
Perencanaan pengelolaan sumber daya perikanan yang mempertimbangkan
estimasi dampak relatif dan faktor manusia dan alam pada stok sumber daya yang
akan dikelola. Dengan memperhitungkan seluruh nilai riil yang ada, pada
akhirnya kita dapat mencari solusi yang tepat. Perikanan tangkap merupakan aktivitas ekonomi yang unik bila dibandingkan
dengan aktivitas lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi sumber daya ikan dan
laut itu sendiri, yang seringkali dianggap sebagi common pool resources.
Karakteristik ini sering menimbulkan masalah eksternalitas diantara nelayan
sebagai akibat proses produksi yang interpendent dari setiap individu nelayan,
dimana hasil tangkapan dari satu nelayan akan sangat tergantung dari kondisi
sumber daya ikan yang merupkan fungsi dari eksternalitas berbagai aktivitas
nonproduksi lain, selain aktivitas produksi nelayan, seperti kondisi kualitas
perairan itu sendiri.
Hal lain yang unik dari perikanan tangkap ini biasanya diatur dalam
kondisi quasi open access, yang menyebabkan sulitnya pengendalian
faktor input, sehingga akhirnya sulit mengukur seberapa besar kapasitas
perikanan yang dialokasikan disuatu wilayah perairan (Letlora, 2008).
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Pesisir
Terdapat tujuh faktor
yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan. Pertama yakni
karena pihak luar dalam hal ini aparat Dinas Perikanan dan Kelautan daerah
setempat. Kedua; adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Ketiga;
keikutsertaan dalam organisasi. Dengan dukungan terbiasanya nelayan pemanfaat
ikut berorganisasi, maka akan memudahkan bagi pengelola mengorganisir usaha
ekonomi produktif mereka. Keempat; karena pemberdayaan dimulaidari rumah
tangga. Eksistensi rumah tangga sangat menentukan dalam pemberdayaan. Karena
rumah tangga tidak terlepas dari berbagai tuntutan kebutuhan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut maka penghasilan keluarga harus diperbaiki. Kelima, karena
baiknya partisipasi. Keenam yaitu kerjasama, mereka bersedia membantu setiap
kegiatan tanpa perlu diminta. Ketujuh yakni adanya kaderisasi yang ditandai
dengan tanggung jawab pengurus kelompok sangat bisa diandalkan untuk memelihara
keberlanjutan program, karena senantiasa memotivasi dan mengawasi kegiatan atau
aktivitas semua anggota kelompok yang menjadi aset bagi seorang pemimpin
organisasi atau lembaga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam proses
kaderisasinya (Putra Ifadi, Elfian. 2001).
E. Penangkapan
Purse
Seine (Jaring lingkar) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat
persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan
melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah),
sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga
gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.
1.Klasifikasi Teknik Penangkapan Ikan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000) :
a. Trawl (trawl
udang ganda, otter trawl, dan trawl lainnya)
b. Pukat kantong (seine nets). Missal: payang, dogol, dan pukat pantai
c. Pukat cincin (purse seine)
d. Jaring insang (gill net). Missal: jaring insang hanyut, dsb.
e. Jaring angkat (lift net). Missal: bagan
f.
Pancing (hook and lines).
Missal: rawai tuna, pole and line,dsb.
g. Perangkap (traps).
Missal: sero, bubu, dsb.
h. Alat pengumpul kerang dan rumput laut (shell fish and seaweed collection with
manual gear)
i.
Muroami
j.
Alat tangkap lainnya misalnya tombak.
2.
Kapal penangkap ikan purse seine (jaring lingkar)
a. Bentuk Umum Jaring lingkar dengan tali kerut dibuat dengan berbagai macam
bentuk.
b. Klasifikasi Sesuai dengan International
Standards Stastistic Classification of Fishing
3.
Tipe jaring lingkar dengan singkatan dan kode sebagai berikut
a. Jaring lingkar
Jaring
lingkar, adalah jaring yang terdiri dari: sayap, badan dan kantong semu membentuk
empat persegi panjang atau trapesium yang pengoperasiannya melingkari kawanan
ikan ikan.
b. Jaring lingkar bertali kerut
Jaring lingkar bertali kerut yaitu : jaring
lingkar yang dilengkapi cincin dan tali kerut, pengoperasiannya dengan
mengkerutkan jaring pada bagian bawah.
c. Jaring lingkar satu kapal
Jaring
lingkar satu kapal yaitu : jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya
menggunakan satu kapal.
d. Jaring lingkar dua kapal
Jaring lingkar dua kapal yaitu :jaring
lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya menggunakan dua kapal
e. Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara LA
Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara
yaitu: jaring lingkar tanpa menggunakan tali kerut. Pengoperasian alat tangkap
aring lingkar dilakukan pada kondisi fishing ground yang percabangan karangnya tidak tidak terlalu banyak dilakukan pada pukul
07.00 sampai dengan pukul 14.00 pada kedalaman perairan antara 3 sampai 5
meter. Setiap setting merupakan ulangan dan setiap alat tangkap mengalami
ulangan sebanyak 18 kali.
4. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pada alat tagkap purse seine adalah spesies ikan dalam
beraktifitas membentuk scoling (bergerombol).
5. Prinsip penangkapan
Prinsip penangkapan purse seine
adalah melingkari ikan yang menjadi tujuan penangkapan.Purse seine merupakan
perkembangan dari alat tangkap pukat pantai dan lampara (Wordpress, 2012).
a. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring
b. Jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga
ikan akan terkumpul pada bagian kantong.
c. Fungsi mata jaring da jaring adalah sebagai
dinding penghadang, dan bukan sebagai penjerat ikan.
6. Cara pengoperasian
a. Menentukan lokasi keberadaan ikan
b. Jika menggunakan alat bantu lampu, maka lampu
diletakkan, dimana terdapat banyak ikan.
c. Pelingkaran jaring dilakukan apabila di
sekitar lampu (catchable area) telah banyak ikan terkonsentrasi.
d. Penurunan jaring (setting) dilakukan dengan
menurunkan bagian pemberat terlebih dahulu, kemudian pelampung.
e. Penurunan jaring harus memperhatikan arah arus
dan angin, selain gerombolan ikan.
7. Tenaga kerja pada armada purse seine
Dalam satu unit armada mini purse
seine, jumlah ABK 14 - 16 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut (Sudirman
dan Achmar Mallawa, 2000) :
a. Juru mudi (fishing master) 1 orang
b. Juru mesin 1 orang
c. Pembawa perahu lampu 2 orang
d. Penata pelampung 2 orang
e. Penarik badan jaring 6 - 7 orang
f.
Penata pemberat 1 orang
g. Penata tali kolor 2 orang.
III. METODOLOGI PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan dilaksanakan
pada hari Jumat–Minggu tanggal 6-8 April 2012 yang bertempat di Desa Pundata
Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi-Selatan.
B. Sumber Data
Sumber data pada Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan
yaitu:
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan
melalui wawancara dan observasi (menggunakan kuesioner).
2. Data sekunder, merupakan data pelengkap primer, yang diperoleh dari
kelurahan setempat yang erat hubungannya dengan data primer.
C. Teknik Pengumpulan
Data
Adapun teknik pengambilan data yang digunakan pada praktek lapang
Ekonomi Sumberdaya Perikanan, yaitu :
1.
Wawancara Observasi, yaitu pengamatan
langsung terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di lokasi yang terkait dengan
tujuan praktek
2.
Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi secara
langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang berkaitan dengan praktek lapang.
3.
Kuesioner, yaitu
suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari
sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di
dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh
sistem yang sudah ada.
D. Analisis Data
Adapun analisis
data yang digunakan pada saat praktek lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan,
yaitu :
1.
Analisis Pendapatan
TR = P x Q
Dimana: TR = Total Penerimaan
P = Harga (Rp)
Q = Jumlah (kg)
2.
Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
Dimana: TC = Total Pengeluaran
VC = Biaya Variabel
FC = Biaya Tetap
3. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Di mana: Π =
Keuntungan
TC = Total Cost
TR = Total Revenue
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis
Adapun lokasi praktek bertempat di Desa Siddo, Kecamatan Soppeng Riaja
Kabupaten Barru. Kabupaten Barru terletak di pesisir Sulawesi Selatan dengan
garis pantai sekitar 78 km. Kabupaten Barru terletak diantara koordinat 40.535
lintang selatan dan 199’35 – 199’49’16 bujur timur dengan luas wilayah 1,174,72
(117,472 Ha). . Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Barru sebagai berikut :
o
Sebelah Utara : Kab. Pare-pare
dan Kab. Sidrap
o
Sebelah Timur : Kab. Soppeng dan
Kab. Bone
o
Sebelah Selatan : Kab. Pangkajene dan Kepulauan
o
Sebelah Barat : Selat Makassar
Kabupaten Barru mempunyai
ketinggian atara 0 – 1.700 m diatas permukaan laut. Kabupaten Barru terbagi
atas 7 kecamatan, 14 kelurahan dan 40 Desa salah satu Desa yang ditempati
sebagai lokasi praktek adalah Desa Siddo. Desa Siddo memilki 4 dusun yaitu
Siddo, Pallamba, Cangko, Ceppaga. Adapun batas-batas wilayah Desa Siddo sebagai
berikut :
o
Sebelah Utara : Desa
Batu Pule
o
Sebelah Selatan : Desa Lawallu
o
Sebelah Barat : Selat Makassar
o
Sebelah Timur : Desa Manuba
B.Sarana dan Prasarana
Adapun untuk sarana dan pra
sarana yang ada yang terdapat di Desa Siddo:
Tabel .1 Sarana dan prasarana yang
terdapat di Desa Siddo
Nama fasilitas
|
Jumlah
|
Masjid
|
4 buah
|
Mushollah
|
2 buah
|
Lapangan
|
1 buah
|
TK
|
1 buah
|
SD
|
1 buah
|
SMP
|
3 buah
|
Puskesmas
|
1 buah
|
Dermaga
|
1 buah
|
Kantor Desa
|
1 buah
|
Sumber :
Data Sekunder, 2011.
Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa di Desa Siddo terdapat 4 buah salah satu mesjid yang
teletak dekat jalan poros, terdapat 2 buah musholah, terdapat 1 buah lapangan
yang terletak di depan kantor Desa. Selain itu terdapat 6 buah sekolah yang
terdiri dari 1 buah TK, 1 buah SD dan 1 buah SMP, terdapat juga 3 buah
puskesmas yang terletak disamping Kantor Desa, terdapat juga 1 buah dermaga
yang terletak dekat tepian pantai dan juga terdapat 1 buah Kantor Desa yang
terletak depan jalan poros.
C. Keadaan Umum Responden
Adapun Keadaan umum responden mata
kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 2
Data Responden
No.
|
Nama Responden
|
Umur (tahun)
|
Pekerjaan Pokok
|
1.
|
H. Basri
|
45 tahun
|
Petani Tambak
|
2.
|
Ridwan
|
50 tahun
|
Petani Tambak
|
3.
|
Sahar
|
38 tahun
|
Petani Tambak
|
4.
|
Basri
|
-
|
Petani Tambak
|
5.
|
Tahir
|
27 tahun
|
Petani Tambak
|
Sumber : Data
primer, 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa secara umum pekerjaan masyarakat
Siddo adalah petani tambak dengan usia responden temasuk usia produktif atau
berada di rens umur 27-50 tahun. Melihat dari komposisi usia ini dapat
disimpulkan bahwa secara umum mereka merupakan kelompok usia kerja yang masih
terbilang sangat produktif.
D. Analisis Data
Ada 3 pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisa suatu usaha yaitu :
analisis pengeluaran, analisis pendapatan dan analisis keuntungan.
1. Responden 1
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 3. Biaya yang dikeluarkan oleh H.
Basri
No.
|
Biaya
|
|||
Tetap
|
Variabel
|
|||
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Lahan (tambak)
|
Rp 20.000.000
|
Bahan
|
Rp.837.000
|
2.
|
Alat
|
Rp. 837.000
|
Bibit 25000 ekor @Rp.32/ekor
|
Rp.800.000
|
3.
|
Gaji TK 2 orng
@Rp.600.000
|
Rp. 1.200.000
|
Pakan 9 sak @Rp 250.000/sak
|
Rp. 2.250.000
|
4.
|
Jala
|
Rp.50.000
|
|
|
Jumlah
|
Rp.22.087.000
|
Jumlah
|
Rp.3.887.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis
biaya tetap yang dikeluarkan oleh H.
Basri untuk memulai usaha budidaya udang vannamei berupa lahan seharga
Rp.20.000.000, alat seharga Rp.837.000, gaji tenaga kerja sebanyak 2 orang
Rp.1.200.000, jala seharga Rp.50.000 dan jumlah keselurahan adalah Rp
22.087.000. sedangkan jenis biaya variabel yang dikeluarkan oleh H.Basri berupa
bahan seharga Rp.873.000, bibit 25000 seharga Rp.800.000, pakan 9 sak seharga
Rp.2.250.000 dan jumlah keseluruhan adalah
Rp.3.887.000.
b. Analisis
Pendapatan
Tabel 4. Pendapatan H. Basri
Identitas
responden
|
Penerimaan
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
P
|
Q
|
Jumlah TR (Rp)
|
H. Basri
|
Petani tambak
|
Rp. 45.000/kg
|
Udang Vannamei 888kg/3bln
|
Rp.40.000.000
|
Sumber : Data
primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa
udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa
dihasilkan sebanyak 888kg sehingga pendapatan yang diperoleh H.Basri dalam
penjualan udang vannamei mencapai 40.000.000/3bln.
c. Analisis
Keuntungan
Tabel 5. Keuntungan H. Basri
Identitas responden
|
Total keuntungan
per 3 bulan/musim
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
Jumlah TR (Rp)
|
Jumlah TC (Rp)
|
Jumlah π (RP)
|
H. Basri
|
Petani tambak
|
Rp. 40 juta
|
Rp.25.974.000
|
Rp.14.026.000
|
Sumber :Data primer
yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah TR 40.000.000 dan jumlah TC Rp.25.974.000 sehingga
keuntungan yang diperoleh oleh H.Basri setiap 3 bulannya mencapai Rp.14.026.000.
2. Responden 2
a. Analisis
Pengeluaran
Tabel 6. Biaya yang dikeluarkan oleh
Ridwan
No.
|
Biaya
|
|||
Tetap
|
Variabel
|
|||
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Lahan (tambak)
|
Rp 15.000.000
|
Sewa mesin
|
Rp.100.000
|
2.
|
Jaring
|
Rp. 700.000
|
Bibit 2000 ekor @ Rp.25/ekor
|
Rp.500.000
|
3.
|
|
|
Pakan 7 sak @Rp 250.000/sak
|
Rp. 1.750.000
|
Jumlah
|
Rp.15.700.000
|
Jumlah
|
Rp.2.350.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis
biaya tetap yang dikeluarkan oleh Ridwan berupa lahan seharga Rp.15.000.000,
jaring seharga Rp.700.000 dan jumlah kelesuruhan Rp.15.700.000 sedangkan jenis
biaya variabel yang dikelurkan oleh Ridwan berupa sewa mesin Rp.100.000, bibit
2000 ekor seharga Rp.500.000, pakan 7 sak seharga Rp.1.750.000 dan jumlah
keseluruhan Rp.2.350.000.
b. Analisis
Pendapatan
Tabel 7. Pendapatan Ridwan
Identitas
responden
|
Penerimaan
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
P
|
Q
|
Jumlah TR (Rp)
|
Ridwan
|
Petani tambak
|
45.000/kg
|
Udang Vannamei 777kg/3bln
|
Rp.35.000.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa
udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa
dihasilkan sebanyak 777kg sehingga pendapatan yang diperoleh Ridwan dalam
penjualan udang vannamei mencapai 35.000.000/3bln.
c. Analisis Keuntungan
Tabel 8. Keuntungan Ridwan
Identitas
responden
|
Total keuntungan
per 3 bulan/musim
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
Jumlah TR (Rp)
|
Jumlah TC (Rp)
|
Jumlah π (RP)
|
Ridwan
|
Petani tambak
|
Rp. 35 juta
|
Rp.18.050.000
|
Rp.16.950.000
|
Sumber :Data primer
yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.35.000.000 dan jumlah TC Rp.18.050.000
sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Ridwansetiap 3 bulannya mencapai
Rp.16.950.000
3. Responden 3
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan oleh
Sahar
No.
|
Biaya
|
|||
Tetap
|
Variabel
|
|||
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Lahan (tambak)
|
Rp 28.000.000
|
5 botol obat racun @Rp.120.000
|
Rp.600.000
|
2.
|
Alkon
|
Rp.3.000.000
|
Bibit 75000 ekor @ Rp.32/ekor
|
Rp.2.625.000
|
3.
|
Pipa (4m)
|
Rp. 340.000
|
Pakan 25 sak @ Rp 245.000/sak
|
Rp.6.125.000
|
4.
|
4 buah kincir
@Rp.4.000.000
|
Rp.16.000.000
|
|
|
5.
|
6 TK @Rp. 650.000
|
Rp. 3.900.000
|
|
|
Jumlah
|
Rp.51.240.000
|
Jumlah
|
Rp.9.350.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis
biaya tetap yang dikelurkan oleh Shar berupa lahan seharga Rp.28.000.000, alkon
seharga Rp.3.000.000, pipa 4m sehrga Rp.340.000, 4 buah kincir seharga
Rp.16.000.000, 6 orang tenaga kerja dengan gaji Rp.3.900.000 dan jumlah keseluruhan
Rp.51.240.000 sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan berupa 5 botol
racun seharga Rp 600.000, bibit 75000 ekor sehargaRp.2.625.000, pakan 25 sak
seharga Rp.6.125.000 dan jumlah keseluruhan adalah Rp.9.350.000
b. Analisis
Pendapatan
Tabel 10. Pandapatan Sahar
Identitas
responden
|
Penerimaan
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
P
|
Q
|
Jumlah TR (Rp)
|
Sahar
|
Petani tambak
|
Rp. 45.000/kg
|
Udang Vannamei 4000 kg
|
Rp.180.000.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa
uadang vannamei dikenakana harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa
dihasilkan sebanyak 4000kg sehingga pendapatan yang diperoleh Sahar dalam
penjualan udang vannamei mencapai 180.000.000/3bln.
c. Analisis
Keuntungan
Tabel 11. Keuntungan Sahar
Identitas responden
|
Total keuntungan
per 3 bulan/musim
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
Jumlah TR (Rp)
|
Jumlah TC (Rp)
|
Jumlah π (RP)
|
Sahar
|
Petani tambak
|
Rp. 180 juta
|
Rp.60.590.000
|
Rp.119.410.000
|
Sumber :Data primer
yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.180.000.000 dan jumlah TC Rp.60.590.000
sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Sahar setiap 3 bulannya mencapai
Rp.119.410.000.
4. Responden 4
a. Analisis
Pengeluaran
Tabel 12. Biaya yang dikeluarkan oleh
Basri
No.
|
Biaya
|
|||
Tetap
|
Variabel
|
|||
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Lampu gas
|
Rp 50.000
|
Sewa mesin
|
Rp.100.000
|
2.
|
|
|
Bibit 25000 ekor @Rp.33/ekor
|
Rp.825.000
|
3.
|
|
|
Pakan 9 sak @Rp 250.000/sak
|
Rp. 2.250.000
|
4.
|
|
|
Sewa alkon
|
Rp.50.000
|
|
|
|
Sewa jala
|
Rp.50.000
|
Jumlah
|
Rp.50.000
|
Jumlah
|
Rp.3.275.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis
biaya tetap yang dikelurkan hanya lampu gas seharga Rp.50.000 dan jumlah
keseluruhan Rp.50.000 sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan sewa mesin
Rp.100.000, bibit 25000 ekor Rp.825.000, pakan 9 sak Rp.2.250.000, sewa alkon
Rp.50.000, sewa jala Rp.50.000 dan jumlah keseluruhan adalah Rp.3.275.000
b. Analisis
Pendapatan
Tabel 13. Pendapatan Basri
Identitas
responden
|
Penerimaan
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
P
|
Q
|
Jumlah TR (Rp)
|
Basri
|
Petani tambak
|
Rp. 45.000/kg
|
Udang Vannamei 133 kg/3bln
|
6.000.0000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa
udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa
dihasilkan sebanyak 133kg sehingga pendapatan yang diperoleh Basri dalam penjualan
udang vannamei mencapai 6.000.000/3bln.
c. Analisis
Keuntungan
Tabel 14. Keuntungan Basri
Identitas
responden
|
Total keuntungan
per 3 bulan/musim
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
Jumlah TR (Rp)
|
Jumlah TC (Rp)
|
Jumlah π (RP)
|
Basri
|
Petani tambak
|
Rp. 6 juta
|
Rp.3.325.000
|
Rp.2.675.000
|
Sumber :Data primer
yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.60.000.000 dan jumlah TC Rp.3.325.000 sehingga
keuntungan yang diperoleh oleh Sahar setiap 3 buluannya mencapai Rp.2.675.000
5. Responden 5
a. Analisis
Pengeluaran
Tabel 15. Biaya yang dikeluarkan oleh
Tahir
No.
|
Biaya
|
|||
Tetap
|
Variabel
|
|||
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
Jenis Biaya
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Lahan (tambak)
|
Rp 25.000.000
|
Solar 30 liter @ Rp.4.500
|
Rp.135.000
|
2.
|
Kincir
|
Rp. 2.300.000
|
Bibit 25000 ekor @Rp.36/ekor
|
Rp.900.000
|
3.
|
Mesin penyedot
air
|
Rp.3.000.000
|
Pakan 9 sak @Rp 310.000/sak
|
Rp. 2.790.000
|
Jumlah
|
Rp.30.300.000
|
Jumlah
|
Rp.3.825.000
|
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis
biaya tetap yang dikelurkan berupa lahan Rp.25.000.000, kincir RP.2.300.000,
mesin penyedot air Rp.3.000.000 dan jumlah keseluruhan adalah Rp.30.300.000
sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan solar 30 liter Rp.135.000, bibit
25000 ekor Rp.900.000, pakan 9 sak Rp.2.790.000 dan jumlah keseluruhan
Rp.3.825.000
b. Analisis Pendapatan
Tabel 16. Pendapatan Tahir
Identitas
responden
|
Penerimaan
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
P
|
Q
|
Jumlah TR (Rp)
|
Tahir
|
Petani tambak
|
Rp. 45.000/kg
|
Udang Vannamei 1000kg/3bln
|
45.000.000
|
Sumber :Data primer
yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa udang vannamei
dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa dihasilkan sebanyak
1000kg sehingga pendapatan yang diperoleh Tahir dalam penjualan udang vannamei
mencapai 45.000.000/3bln.
c. Analisis Keuntungan
Tabel 17. Keuntungan Tahir
Identitas
responden
|
Total keuntungan
per 3 bulan/musim
|
|||
Nama
|
Pekerjaan
|
Jumlah TR (Rp)
|
Jumlah TC (Rp)
|
Jumlah π (RP)
|
Tahir
|
Petani tambak
|
Rp. 45 juta
|
Rp.34.125.000
|
Rp.10.875.000
|
Sumber :Data primer
yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.45.000.000 dan jumlah TC Rp.34.125.000
sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Sahar setiap 3 buluannya mencapai
Rp.10.875.000.
Penyelesaian :
RESPONDEN 1 (H. Basri)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 3.887.000 + 22.087.000
TC = 25.974.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 888
TR = 40.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 40.000.000 –
25.974.000
Π = 14.026.0000
RESPONDEN 2 (Ridwan)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 2.350.000 + 15.700.000
TC = 18.050.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 777
TR = 35.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 35.000.000 – 18.050.000
Π = 16.950.000
RESPONDEN 3 (Sahar)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 9.350.000 + 51.240.000
TC = 60.590.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 4000
TR = 180.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 180.000.000 – 60.590.000
Π = 119.410.000
RESPONDEN 4 (Basri)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 3.275.000 + 50.000
TC = 3.325.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 133
TR = 6.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 6.000.000 – 3.325.000
Π = 2.675.000
RESPONDEN 5 (Tahir)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 3.825.000 + 30.300.000
TC = 34.125.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 1000
TR = 45.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 45.000.000 – 34.125.000
Π = 10.875.000
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek lapang Ekonomi
Sumberdaya Perikanan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat produksi dan produktifitas masyarakat dalam usaha budidaya udang
vannamei boleh dikatakan telah berhasil, walaupun alat dan teknik yang
digunakan masih sederhana namun dapat memberikan hasil yang dapat mencukupi
kebutuhan mereka.
2. Pada umumnya sumber dana masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya udang
vannamei berasal dari modal pribadi dan pinjaman.
3.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan antara lain : jumlah bibit yang ditebar,
luas tambak dan pakan
A.
Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan sehubungan
dengan praktek lapang ini adalah:
1. Untuk tempat praktek: sebaiknya masyarakat lebih meningkatkan teknik
budidaya udang vannamei agar dapat memberi hasil yang labih banyak.
2. Untuk asisten: sebaiknya asisten lebih memperhatikan keamanan praktikan
sebab asisten adalah penanggungjawab praktek sehingga praktek dapat berjalan
lancar sesuai rencana.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003. Menganalisis Tingkat
Pekerjaan di bidang Budidaya di Sulawesi Selatan. http://wartapedia.com/. Diakses pada
pukul 22:13 pada tanggal 2 April 2012.
Amin, 2011. DKP Pangkep. Jaga Laut dan Pesisir Kita untuk Kesejahteraan Masyarakat.
http://dislutkanpangkep.wordpress.com/. Diakses pukul 23:14 pada tanggal 2 April 2012.
Aris, 2011. Modul Ekonomi Sumberdaya Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Letlora, 2008.
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. http://pola-pikir-maluku-tenggara-barat.blogspot.com. Diakses pukul
22:23 pada tanggal 2 April 2012.
Megawanto, Rony, 2010. Profil Kawasan
Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pangkep. http://romeo90245.wordpress.com. Diakses pukul 22:49 pada tanggal 2 April 2012.
Putra Ifadi, Elfian. 2001. Faktor-faktor
yang mempengaruhi peningkatan pendapatan Masyarakat Nelayan. http://lontar.ui.ac.id/. Diakses pukul 22:15 pada
tanggal 2 April 2012.
Sudirman M,Pi ,Ir dan Prof.
Dr. Ir. Acmar Mallawa, DEA. 2000. Teknik
Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Makassar.
Sulistiyanti, 2007. Ekonomi Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan. http://www.scribd.com/doc/. Diakses pukul
23:02 pada tanggal 2 April 2012.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………
HALAMAN SAMPUL ..……………………………………………………..
LEMBAR NILAI ……………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
…………………………………………………………..
B. Tujuan dan
Kegunaan …………………………………………………..
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sumberdaya Perikanan
………………………………………………
B.
Aktivitas
Pemanfaatan........... ………………………………………..
C.
Pelestarian
Sumberdaya Perikanan..………………………………..
BAB III. METODOLOGI
PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat ……………………………………………………..
B. Metode pengambilan data
……………………………………………...
C. Analisis Data. …………………………………………………………...
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Praktek …………………………………………
B. Kebijakan Harga Komoditi Perikanan
…..……………………………..
C. Srrategi Penetapan Harga Komoditi Perikanan
………………………
D. Kekuatan-kekuatan dalam Menunjang Peningkatan
Komoditi
Perikanan
………………………………………………………………….
E.Kekurangan-kekurangan dalam Komoditi Perikanan
………………….
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………......
B. Saran ……………………………………………………………………….
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar