Minggu, 23 Desember 2012

EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN


    EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN
 

LAPORAN PRAKTEK LAPANG
 



unhas



    NAMA                             : AKBAR NASIR
    NIM                                 : L241 10 254
    KELOMPOK                  : 1 (SATU)
    ASISTEN                        : ANDI PANCA WAHYUNI





PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I.  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia (thelargest archipelagic country in the world) dengan wilayah laut yang lebih luas daripada daratan. Jumlah pulau di Indonesia sebanyak 17.508 pulau dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Sekitar tiga perempat (5,8 juta km2) wilayah Indonesia adalah perairan laut, yang terdiri atas laut pesisir, laut lepas, teluk, dan selat. Keseluruhannya adalah perairan laut teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km2. Indonesia juga memiliki hak pengelolaan dan pemanfaatan ikan di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sekitar 2,7 juta km2. Selain laut, Indonesia juga memiliki luas perairan umum atau perairan tawar kurang lebih 54 juta ha, yang terdiri atas sungai, danau, waduk, rawa-rawa, dan genangan air lainnya.
            Perairan Indonesia sangat luas, terdiri atas lautan dan perairan umum (air tawar). Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh perairan tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan (capture) maupun budidaya (culture) mencapai 65 juta ton per tahun. Dari potensi 65 juta ton tersebut 57,7 juta ton merupakan potensi perikanan budidaya. Produksi ikan Indonesia pada tahun 2004 mencapai 6 juta ton (9%), yang terdiri atas 4,1 juta ton hasil tangkapan ikan laut; 0,5 juta ton hasil tangkapan ikan di perairan umum; dan sisanya 1,4 juta ton berasal dari usaha budidaya, masing-masing 0,7 juta ton hasil budidaya laut, 0,4 juta tob budidaya tambak/payau, dan 0,3 juta ton budidaya perairan umum. Produksi hasil perikanan budidaya sebesar 1,4 juta ton berarti tingkat pemanfaatan potensi perikanan budidaya baru mencapai sekitar 2,4% (Ghufran, 2008).
            Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2005, pemanfaatan sumber daya perikanan di perairan Sulawesi Selatan baru mencapai 30% dari potensi lestari. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi perikanan budidaya di Sulawesi Selatan belumlah maksimal. Kenyataan diatas tidak lepas dari kurangnya sarana dan prasarana pembudidayaan ikan yang ada. Keadaan tersebut umumnya dikarenakan alasan klasik berupa besarnya biaya investasi pengadaan lokasi dan peralatan pembudidyaan ikan yang umumnya masih dikelola oleh kelompok-kelompok nelayan setempat, sehingga menyebabkan kurang maksimalnya pemanfaatan potensi perikanan setempat. Pemerintah terus berupaya mengatasi hal ini, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya rutin memberikan paket bantuan pengadaan binih/benur kepada kelompok-kelompok nelayan namun hal ini kurang terlihat manfaatnya dikarenakan jumlah nya yang terbatas. Menyiasati keadaan tersebut maka para kelompok nelayan melakukan penangkaran binih/benur unggulan yang nantinya dibagikan atau dijual murah kepada nelayan setempat (Anonim, 2003).
            Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) secara administratif termasuk dalam gugusan Kepulauan Spermonde yang memiliki luasan paling besar diantara kabupaten/kota dalam lingkup kepulauan ini. Kabupaten Pangkep dicirikan oleh wilayah perairan lautnya yang luas dengan taburan 117 pulau-pulau, dimana 80 pulau diantaranya adalah pulau berpenghuni dan sisanya tidak berpenghuni. Perairan laut Kabupaten Pangkep merupakan ekosistem dengan keragaman hayati yang sangat tinggi terutama pada habitat terumbu karang di kawasan pulau-pulau kecil.
            Kabupaten Pangkep memiliki wilayah perairan yang lebih luas dibandingkan daratannya dengan perbandingan 1 berbanding 17. Total luas daratan, pegunungan dan pulau-pulau tanpa lingkup perairannya adalah 1.112 km2, sementara luas lautnya adalah 17.100 km2. Pulua-pulau yang secara administratif termasuk dalam Kabupaten Pangkep tersebar hingga ke pelosok selatan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.
            Wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pangkep  dicirikan dengan produktivitas ekosistem yang tinggi sehingga dapat mendukung kegiatan perekonomian. Ditinjau dari segi ekonomi, sumberdaya alam dan jasa lingkungan wilayah pesisir cukup tahan terhadap pengaruh krisis ekonomi yang melanda negeri ini. Ekosistem pesisir utama Kabupaten Pangkep adalah terumbu karang, mangrove, dan padang lamun (Megawanto, 2010).
Sebagai wilayah yang memiliki 117 gugus pulau dengan 90 pulau yang berpenghuni, maka Kab. Pangkep memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sebagian besar masyarakat nelayan yang bermukim pada wilayah perairan umumnya bekerja sebagai nelayan tradisional.
            Ikan tembang (Sardinella fimbriata) merupakan salah satu spesies yang  mempunyai produksi cukup banyak di Kab. Pangkep. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep (2007) menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan tembang di perairan Kab. Pangkep dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami fluktuasi yang cenderung stabil (DKP Kab.Pangkep, 2007).
Untuk mengetahui bagaimana aplikasi ekonomi sumberdaya perikanan dalam usaha masyarakat terkhusus di kabupaten pangkep serta bagaimana biaya dan manfaat yang diperoleh dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan maka dilakukanlah praktek lapang mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan.


B. Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan dilaksanakannya praktek lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan adalah untuk aktivitas masyarakat tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan, mengidentifikasi sumberdaya perikanan di lokasi praktek dan mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatn sumberdaya periakanan.
            Kegunaan dilaksanakannya praktek lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan adalah untuk membandingkan materi yang didapatkan dibangku kuliah dengan keadaan lokasi praktek.




























II.  TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ekonomi Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya alam merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara. Banyak yang beranggapan bahwa negara yang banyak mempunyai sumberdaya alam akan mengalami proses pembangunan yang cepat. Misalkan yang kaya akan sumberdaya alam dengan memiliki laut yang luas sangat mungkin dilakukan budidaya air laut. Pada tahap perkembangan ekonomi selanjutnya peningkatan produktivitas budidaya air laut akan sangat mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain, seperti sektor industri dan jasa (Aris, 2011).
            Sumberdaya alam mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu Negara (khususnya Negara sedang berkembang), dimana semakin tinggi pertumbuhan ekonominya, akan mengakibatkan persediaan sumberdaya alam yang tersedia akan semakin berkurang.   Hal ini karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu menuntut adanya barang sumberdaya dalam jumlah yang tinggi pula, dan barang sumberdaya ini diambil dari persediaan sumberdaya alam yang ada.   Dengan demikian, terdapat hubungan yang “positif” antara jumlah barang sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi, disamping juga hubungan yang “negative” antara persediaan sumberdaya alam dengan pertumbuhan ekonomi.
            Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang. Disisi lain, sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik dengan ataupun tanpa intervensi manusia (Sulistiyanti, 2007).
B. Ruang Lingkup Ekonomi Sumberdaya Perikanan
            Secara garis besar sumberdaya alam dapat dibagi menurut sifatnya menjadi tiga bagian, yaitu: sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources) dan sumberdaya alam yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat diperbaharui dengan tidak dapat diperbaharui.
            Adapun ruang lingkup dari Ekonomi Sumberdaya Perikanan terdapat pada dua kelompok para ahli dalam hal ini kelompok optimisme dan kelompok pesimisme. Kelompok optimisme berpendapat bahwa Sumberdaya Alam melimpah dan tidak akan pernah habis lebih-lebih pada SDA yang dapat diperbaharui.  Sedangkan kelompok pesimisme berpendapat bahwa ketersediaan SDA sanagat terbatas dan apabila SDA tersebut diambil secara terus-menerus suatu saat akan habis (Aris, 2011).

C. Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Sumberdaya ikan berperan penting sebagai sumber mata pencaharian, lapangan kerja, dan protein ikani bagi beberapa negara. Diperkirakan peningkatan jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan gizi yang lebih baik akan mendorong peningkatan permintaan produk ikan. Apalagi negara-negara di Asia selain menjadi produsen ikan terbesar juga menjadi konsumen utama dari hasil perikanan.
Di satu sisi, peran ekonomi dan sosial pemanfaatan sumberdaya ikan nampak masih sangat besar besar, sehingga telah memberikan ruang bagi pengembangan perikanan lebih luas khususnya perikanan laut yang secara kuantitafi produksinya mencapai lebih dari 70% total produksi ikan di Indonesia. Di sisi lain, kelangkaan dan kerusakan sumberdaya ikan dan habitatnya semakin meluas, yang dikhawatirkan pada gilirannya berimbas pada berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Menurut data FAO diperkirakan lebih dari 60% stok ikan dunia telah diekploitasi pada tingkat penuh sampai tingkat rusak (depleted), dan diantaranya tidak lebih dari 1% yang pulih kembali. Secara garis besar sumberdaya alam dapat dibagi menurut sifatnya menjadi tiga bagian, yaitu: sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources) dan sumberdaya alam yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat diperbaharui dengan tidak dapat diperbaharui (Anonim, 2003).
            Pemanfaatan sumber daya perikanan yang berlebihan dapat mengakibatkan timbulnya degradasi pada sumber daya tersebut. Selama ini, dampak degradasi dianggap sebagai fenomena ekologi semata. Namun dampak degradasi yang lebih luas mencakup berkurangnya kesejahteraan sosial yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat dari layanan barang dan jasa dari sumber daya perikanan. Salah satu hal yang paling mendasar dan menjadi perhatian utama dari setiap pengembangan sumber daya alam adalah besaran dampak kesejahteraan yang ditimbulkan dari ekstraksi dan depresiasi sumber daya alam itu sendiri. Kesejahteraan diukur dari manfaat sosial (social benefit) yang dihasilkan dari sumber daya alam. Pengukuran ini sifatnyaexante sehingga sulit digunakan untuk mengukur kesejahteraan dari kerusakan lingkungan dan depresiasi sumber daya yang bersifat baik.
            Perencanaan pengelolaan sumber daya perikanan yang mempertimbangkan estimasi dampak relatif dan faktor manusia dan alam pada stok sumber daya yang akan dikelola. Dengan memperhitungkan seluruh nilai riil yang ada, pada akhirnya kita dapat mencari solusi yang tepat. Perikanan tangkap merupakan aktivitas ekonomi yang unik bila dibandingkan dengan aktivitas lain. Hal ini berkaitan dengan kondisi sumber daya ikan dan laut itu sendiri, yang seringkali dianggap sebagi common pool resources. Karakteristik ini sering menimbulkan masalah eksternalitas diantara nelayan sebagai akibat proses produksi yang interpendent dari setiap individu nelayan, dimana hasil tangkapan dari satu nelayan akan sangat tergantung dari kondisi sumber daya ikan yang merupkan fungsi dari eksternalitas berbagai aktivitas nonproduksi lain, selain aktivitas produksi nelayan, seperti kondisi kualitas perairan itu sendiri.
            Hal lain yang unik dari perikanan tangkap ini biasanya diatur dalam kondisi quasi open access, yang menyebabkan sulitnya pengendalian faktor input, sehingga akhirnya sulit mengukur seberapa besar kapasitas perikanan yang dialokasikan disuatu wilayah perairan (Letlora, 2008).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Pesisir
            Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan. Pertama yakni karena pihak luar dalam hal ini aparat Dinas Perikanan dan Kelautan daerah setempat. Kedua; adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Ketiga; keikutsertaan dalam organisasi. Dengan dukungan terbiasanya nelayan pemanfaat ikut berorganisasi, maka akan memudahkan bagi pengelola mengorganisir usaha ekonomi produktif mereka. Keempat; karena pemberdayaan dimulaidari rumah tangga. Eksistensi rumah tangga sangat menentukan dalam pemberdayaan. Karena rumah tangga tidak terlepas dari berbagai tuntutan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka penghasilan keluarga harus diperbaiki. Kelima, karena baiknya partisipasi. Keenam yaitu kerjasama, mereka bersedia membantu setiap kegiatan tanpa perlu diminta. Ketujuh yakni adanya kaderisasi yang ditandai dengan tanggung jawab pengurus kelompok sangat bisa diandalkan untuk memelihara keberlanjutan program, karena senantiasa memotivasi dan mengawasi kegiatan atau aktivitas semua anggota kelompok yang menjadi aset bagi seorang pemimpin organisasi atau lembaga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam proses kaderisasinya (Putra Ifadi, Elfian. 2001).

E. Penangkapan
            Purse Seine (Jaring lingkar) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung di dalam jaring.
1.Klasifikasi Teknik Penangkapan Ikan (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000) :
a.  Trawl (trawl udang ganda, otter trawl, dan trawl lainnya)
b.  Pukat kantong (seine nets). Missal: payang, dogol, dan pukat pantai
c.  Pukat cincin (purse seine)
d.  Jaring insang (gill net). Missal: jaring insang hanyut, dsb.
e.  Jaring angkat (lift net). Missal: bagan
f.   Pancing (hook and lines). Missal: rawai tuna, pole and line,dsb.
g.  Perangkap (traps). Missal: sero, bubu, dsb.
h.  Alat pengumpul kerang dan rumput laut (shell fish and seaweed collection with manual gear)
i.    Muroami
j.    Alat tangkap lainnya misalnya tombak.
2.    Kapal penangkap ikan purse seine (jaring lingkar)
a.  Bentuk Umum Jaring lingkar dengan tali kerut dibuat dengan berbagai macam bentuk.
b.  Klasifikasi Sesuai dengan International Standards Stastistic Classification of Fishing
3.    Tipe jaring lingkar dengan singkatan dan kode sebagai berikut
a.  Jaring lingkar
     Jaring lingkar, adalah jaring yang terdiri dari: sayap, badan dan kantong semu membentuk empat persegi panjang atau trapesium yang pengoperasiannya melingkari kawanan ikan ikan.
b.  Jaring lingkar bertali kerut
     Jaring lingkar bertali kerut yaitu : jaring lingkar yang dilengkapi cincin dan tali kerut, pengoperasiannya dengan mengkerutkan jaring pada bagian bawah.
c.  Jaring lingkar satu kapal
     Jaring lingkar satu kapal yaitu : jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal.
d.  Jaring lingkar dua kapal
     Jaring lingkar dua kapal yaitu :jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya menggunakan dua kapal
e.  Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara LA
     Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara yaitu: jaring lingkar tanpa menggunakan tali kerut. Pengoperasian alat tangkap aring lingkar dilakukan pada kondisi fishing ground  yang percabangan karangnya tidak  tidak terlalu banyak dilakukan pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 14.00 pada kedalaman perairan antara 3 sampai 5 meter. Setiap setting merupakan ulangan dan setiap alat tangkap mengalami ulangan sebanyak 18 kali.
4.  Hasil Tangkapan
            Hasil tangkapan pada alat  tagkap purse seine adalah spesies ikan dalam beraktifitas membentuk scoling (bergerombol).
5.  Prinsip penangkapan
            Prinsip penangkapan purse seine adalah melingkari ikan yang menjadi tujuan penangkapan.Purse seine merupakan perkembangan dari alat tangkap pukat pantai dan lampara (Wordpress, 2012).
a.  Melingkari gerombolan ikan dengan jaring
b.  Jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga ikan akan terkumpul pada bagian kantong.
c.  Fungsi mata jaring da jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai penjerat ikan.
6.  Cara pengoperasian
a.  Menentukan lokasi keberadaan ikan
b.  Jika menggunakan alat bantu lampu, maka lampu diletakkan, dimana terdapat banyak ikan.
c.  Pelingkaran jaring dilakukan apabila di sekitar lampu (catchable area) telah banyak ikan terkonsentrasi.
d.  Penurunan jaring (setting) dilakukan dengan menurunkan bagian pemberat terlebih dahulu, kemudian pelampung.
e.  Penurunan jaring harus memperhatikan arah arus dan angin, selain gerombolan ikan.    
7.  Tenaga kerja pada armada purse seine
            Dalam satu unit armada mini purse seine, jumlah ABK 14 - 16 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut (Sudirman dan Achmar Mallawa, 2000) :
a.  Juru mudi (fishing master) 1 orang
b.  Juru mesin 1 orang
c.  Pembawa perahu lampu 2 orang
d.  Penata pelampung 2 orang
e.  Penarik badan jaring 6 - 7 orang
f.   Penata pemberat 1 orang
g.  Penata tali kolor 2 orang.

III. METODOLOGI PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
            Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan dilaksanakan pada hari Jumat–Minggu tanggal 6-8 April 2012 yang bertempat di Desa Pundata Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi-Selatan.

B. Sumber Data
Sumber data pada Praktek lapang mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan yaitu:
1.    Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melalui wawancara dan observasi (menggunakan kuesioner).
2.    Data sekunder, merupakan data pelengkap primer, yang diperoleh dari kelurahan setempat yang erat hubungannya dengan data primer.

C. Teknik Pengumpulan Data
            Adapun teknik pengambilan data yang digunakan pada praktek lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan, yaitu :
1.    Wawancara Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di lokasi yang terkait dengan tujuan praktek
2.    Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang berkaitan dengan praktek lapang.
3.    Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
D. Analisis Data
            Adapun analisis data yang digunakan pada saat praktek lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan, yaitu :
1.     Analisis Pendapatan                               
TR = P x Q                                                    
Dimana:    TR = Total Penerimaan                
                  P = Harga (Rp)                                                
                  Q = Jumlah (kg)                                                
2.     Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
Dimana:    TC = Total Pengeluaran
                  VC = Biaya Variabel
                  FC = Biaya Tetap      
3.   Analisis Keuntungan
      Π = TR – TC
Di mana:     Π  = Keuntungan
                    TC = Total Cost
                    TR = Total Revenue







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Kondisi Geografis
Adapun lokasi praktek bertempat di Desa Siddo, Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Kabupaten Barru terletak di pesisir Sulawesi Selatan dengan garis pantai sekitar 78 km. Kabupaten Barru terletak diantara koordinat 40.535 lintang selatan dan 199’35 – 199’49’16 bujur timur dengan luas wilayah 1,174,72  (117,472 Ha). . Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Barru sebagai berikut :
o  Sebelah Utara     : Kab. Pare-pare dan Kab. Sidrap
o  Sebelah Timur    : Kab. Soppeng dan Kab. Bone
o  Sebelah Selatan : Kab. Pangkajene dan Kepulauan
o  Sebelah Barat     : Selat Makassar
Kabupaten Barru mempunyai ketinggian atara 0 – 1.700 m diatas permukaan laut. Kabupaten Barru terbagi atas 7 kecamatan, 14 kelurahan dan 40 Desa salah satu Desa yang ditempati sebagai lokasi praktek adalah Desa Siddo. Desa Siddo memilki 4 dusun yaitu Siddo, Pallamba, Cangko, Ceppaga. Adapun batas-batas wilayah Desa Siddo sebagai berikut :
o  Sebelah Utara        : Desa Batu Pule
o  Sebelah Selatan     : Desa Lawallu
o  Sebelah Barat        : Selat Makassar
o  Sebelah Timur        : Desa Manuba
B.Sarana dan Prasarana
Adapun untuk sarana dan pra sarana yang ada yang terdapat di Desa Siddo:
Tabel .1 Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Siddo
Nama fasilitas
Jumlah
  Masjid
 4 buah
  Mushollah
 2 buah
  Lapangan
            1 buah
TK
1 buah
SD
1 buah
SMP
3 buah
Puskesmas
1 buah
Dermaga
1 buah
Kantor Desa
1 buah
 Sumber : Data Sekunder, 2011.                   
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Desa Siddo terdapat 4 buah salah satu mesjid yang teletak dekat jalan poros, terdapat 2 buah musholah, terdapat 1 buah lapangan yang terletak di depan kantor Desa. Selain itu terdapat 6 buah sekolah yang terdiri dari 1 buah TK, 1 buah SD dan 1 buah SMP, terdapat juga 3 buah puskesmas yang terletak disamping Kantor Desa, terdapat juga 1 buah dermaga yang terletak dekat tepian pantai dan juga terdapat 1 buah Kantor Desa yang terletak depan jalan poros.
C. Keadaan Umum Responden
            Adapun Keadaan umum responden mata kuliah Ekonomi Sumberdaya Perikanan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel. 2  Data Responden
No.
Nama Responden
Umur (tahun)
Pekerjaan Pokok
1.
H. Basri
45 tahun
Petani Tambak
2.
Ridwan
50 tahun
Petani Tambak
3.
Sahar
38 tahun
Petani Tambak
4.
Basri
-
Petani Tambak
5.
Tahir
27 tahun
Petani Tambak
Sumber : Data primer, 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa secara umum pekerjaan masyarakat Siddo adalah petani tambak dengan usia responden temasuk usia produktif atau berada di rens umur 27-50 tahun. Melihat dari komposisi usia ini dapat disimpulkan bahwa secara umum mereka merupakan kelompok usia kerja yang masih terbilang sangat produktif.
D. Analisis Data
Ada 3 pendekatan yang biasa digunakan untuk menganalisa suatu usaha yaitu : analisis pengeluaran, analisis pendapatan dan analisis keuntungan.
1.   Responden 1
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 3. Biaya yang dikeluarkan oleh H. Basri
No.
Biaya
Tetap
Variabel
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Jenis Biaya
Jumlah  (Rp)
1.
 Lahan (tambak)
Rp 20.000.000
Bahan
Rp.837.000
2.
Alat
Rp. 837.000
Bibit 25000 ekor @Rp.32/ekor
Rp.800.000
3.
Gaji TK 2 orng @Rp.600.000
Rp. 1.200.000
Pakan 9 sak @Rp 250.000/sak
Rp. 2.250.000
4.
Jala
Rp.50.000


Jumlah
Rp.22.087.000
Jumlah
Rp.3.887.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis biaya tetap yang dikeluarkan oleh  H. Basri untuk memulai usaha budidaya udang vannamei berupa lahan seharga Rp.20.000.000, alat seharga Rp.837.000, gaji tenaga kerja sebanyak 2 orang Rp.1.200.000, jala seharga Rp.50.000 dan jumlah keselurahan adalah Rp 22.087.000. sedangkan jenis biaya variabel yang dikeluarkan oleh H.Basri berupa bahan seharga Rp.873.000, bibit 25000 seharga Rp.800.000, pakan 9 sak seharga Rp.2.250.000 dan jumlah keseluruhan adalah  Rp.3.887.000.
b. Analisis Pendapatan
Tabel 4. Pendapatan H. Basri
Identitas responden
Penerimaan
Nama
 Pekerjaan
P
Q
Jumlah TR (Rp)
H. Basri
Petani tambak
Rp. 45.000/kg
Udang Vannamei 888kg/3bln
Rp.40.000.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa dihasilkan sebanyak 888kg sehingga pendapatan yang diperoleh H.Basri dalam penjualan udang vannamei mencapai 40.000.000/3bln.
c. Analisis Keuntungan
Tabel 5. Keuntungan H. Basri
Identitas responden
Total keuntungan per 3 bulan/musim
Nama
 Pekerjaan
Jumlah TR (Rp)
Jumlah TC (Rp)
Jumlah  π (RP)
 H. Basri
Petani tambak
Rp. 40 juta
Rp.25.974.000
Rp.14.026.000
Sumber :Data primer yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah TR 40.000.000 dan jumlah TC Rp.25.974.000 sehingga keuntungan yang diperoleh oleh H.Basri setiap 3 bulannya mencapai Rp.14.026.000.

2.   Responden 2
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 6. Biaya yang dikeluarkan oleh Ridwan
No.
Biaya
Tetap
Variabel
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Jenis Biaya
Jumlah  (Rp)
1.
 Lahan (tambak)
Rp 15.000.000
Sewa mesin
Rp.100.000
2.
Jaring
Rp. 700.000
Bibit 2000 ekor @ Rp.25/ekor
Rp.500.000
3.


Pakan 7 sak @Rp 250.000/sak
Rp. 1.750.000
Jumlah
Rp.15.700.000
Jumlah
Rp.2.350.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis biaya tetap yang dikeluarkan oleh Ridwan berupa lahan seharga Rp.15.000.000, jaring seharga Rp.700.000 dan jumlah kelesuruhan Rp.15.700.000 sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan oleh Ridwan berupa sewa mesin Rp.100.000, bibit 2000 ekor seharga Rp.500.000, pakan 7 sak seharga Rp.1.750.000 dan jumlah keseluruhan Rp.2.350.000.
b. Analisis Pendapatan
Tabel 7. Pendapatan Ridwan
Identitas responden
Penerimaan
Nama
 Pekerjaan
P
Q
Jumlah TR (Rp)
Ridwan
Petani tambak
45.000/kg
Udang Vannamei 777kg/3bln
Rp.35.000.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa dihasilkan sebanyak 777kg sehingga pendapatan yang diperoleh Ridwan dalam penjualan udang vannamei mencapai 35.000.000/3bln.





c. Analisis Keuntungan
Tabel 8. Keuntungan Ridwan
Identitas responden
Total keuntungan per 3 bulan/musim
Nama
 Pekerjaan
Jumlah TR (Rp)
Jumlah TC (Rp)
Jumlah  π (RP)
Ridwan
Petani tambak
Rp. 35 juta
Rp.18.050.000
Rp.16.950.000
Sumber :Data primer yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.35.000.000 dan jumlah TC Rp.18.050.000 sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Ridwansetiap 3 bulannya mencapai Rp.16.950.000
3.   Responden 3
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 9. Biaya yang dikeluarkan oleh Sahar
No.
Biaya
Tetap
Variabel
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Jenis Biaya
Jumlah  (Rp)
1.
 Lahan (tambak)
Rp 28.000.000
5 botol obat racun @Rp.120.000
Rp.600.000
2.
Alkon
Rp.3.000.000
Bibit 75000 ekor @ Rp.32/ekor
Rp.2.625.000
3.
Pipa (4m)
Rp. 340.000
Pakan 25 sak @ Rp 245.000/sak
Rp.6.125.000
4.
4 buah kincir @Rp.4.000.000
Rp.16.000.000


5.
6 TK @Rp. 650.000
Rp. 3.900.000


Jumlah
Rp.51.240.000
Jumlah
Rp.9.350.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis biaya tetap yang dikelurkan oleh Shar berupa lahan seharga Rp.28.000.000, alkon seharga Rp.3.000.000, pipa 4m sehrga Rp.340.000, 4 buah kincir seharga Rp.16.000.000, 6 orang tenaga kerja dengan gaji Rp.3.900.000 dan jumlah keseluruhan Rp.51.240.000 sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan berupa 5 botol racun seharga Rp 600.000, bibit 75000 ekor sehargaRp.2.625.000, pakan 25 sak seharga Rp.6.125.000 dan jumlah keseluruhan adalah Rp.9.350.000
b. Analisis Pendapatan
Tabel 10. Pandapatan Sahar
Identitas responden
Penerimaan
Nama
 Pekerjaan
P
Q
Jumlah TR (Rp)
Sahar
Petani tambak
Rp. 45.000/kg
Udang Vannamei 4000 kg
Rp.180.000.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa uadang vannamei dikenakana harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa dihasilkan sebanyak 4000kg sehingga pendapatan yang diperoleh Sahar dalam penjualan udang vannamei mencapai 180.000.000/3bln.
c. Analisis Keuntungan
Tabel 11. Keuntungan Sahar
Identitas responden
Total keuntungan per 3 bulan/musim
Nama
 Pekerjaan
Jumlah TR (Rp)
Jumlah TC (Rp)
Jumlah  π (RP)
Sahar
Petani tambak
Rp. 180 juta
Rp.60.590.000
Rp.119.410.000
Sumber :Data primer yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.180.000.000 dan jumlah TC Rp.60.590.000 sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Sahar setiap 3 bulannya mencapai Rp.119.410.000.
4.   Responden 4
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 12. Biaya yang dikeluarkan oleh Basri
No.
Biaya
Tetap
Variabel
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Jenis Biaya
Jumlah  (Rp)
1.
Lampu gas
Rp 50.000
Sewa mesin
Rp.100.000
2.


Bibit 25000 ekor @Rp.33/ekor
Rp.825.000
3.


Pakan 9 sak @Rp 250.000/sak
Rp. 2.250.000
4.


Sewa alkon
Rp.50.000



Sewa jala
Rp.50.000
Jumlah
Rp.50.000
Jumlah
Rp.3.275.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis biaya tetap yang dikelurkan hanya lampu gas seharga Rp.50.000 dan jumlah keseluruhan Rp.50.000 sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan sewa mesin Rp.100.000, bibit 25000 ekor Rp.825.000, pakan 9 sak Rp.2.250.000, sewa alkon Rp.50.000, sewa jala Rp.50.000 dan jumlah keseluruhan adalah Rp.3.275.000
b. Analisis Pendapatan
Tabel 13. Pendapatan Basri
Identitas responden
Penerimaan
Nama
 Pekerjaan
P
Q
Jumlah TR (Rp)
Basri
Petani tambak
Rp. 45.000/kg
Udang Vannamei 133 kg/3bln
6.000.0000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa dihasilkan sebanyak 133kg sehingga pendapatan yang diperoleh Basri dalam penjualan udang vannamei mencapai 6.000.000/3bln.
c. Analisis Keuntungan
Tabel 14. Keuntungan Basri
Identitas responden
Total keuntungan per 3 bulan/musim
Nama
 Pekerjaan
Jumlah TR (Rp)
Jumlah TC (Rp)
Jumlah  π (RP)
Basri
Petani tambak
Rp. 6 juta
Rp.3.325.000
Rp.2.675.000
Sumber :Data primer yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.60.000.000 dan jumlah TC Rp.3.325.000 sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Sahar setiap 3 buluannya mencapai Rp.2.675.000
5.   Responden 5
a. Analisis Pengeluaran
Tabel 15. Biaya yang dikeluarkan oleh Tahir
No.
Biaya
Tetap
Variabel
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Jenis Biaya
Jumlah  (Rp)
1.
 Lahan (tambak)
Rp 25.000.000
Solar 30 liter @ Rp.4.500
Rp.135.000
2.
Kincir
Rp. 2.300.000
Bibit 25000 ekor @Rp.36/ekor
Rp.900.000
3.
Mesin penyedot air
Rp.3.000.000
Pakan 9 sak @Rp 310.000/sak
Rp. 2.790.000
Jumlah
Rp.30.300.000
Jumlah
Rp.3.825.000
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2011.
Dari data diatas diketahui bahwa jenis biaya tetap yang dikelurkan berupa lahan Rp.25.000.000, kincir RP.2.300.000, mesin penyedot air Rp.3.000.000 dan jumlah keseluruhan adalah Rp.30.300.000 sedangkan jenis biaya variabel yang dikelurkan solar 30 liter Rp.135.000, bibit 25000 ekor Rp.900.000, pakan 9 sak Rp.2.790.000 dan jumlah keseluruhan Rp.3.825.000
b. Analisis Pendapatan
Tabel 16. Pendapatan Tahir
Identitas responden
Penerimaan
Nama
 Pekerjaan
P
Q
Jumlah TR (Rp)
Tahir
Petani tambak
Rp. 45.000/kg
Udang Vannamei 1000kg/3bln
45.000.000
Sumber :Data primer yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat ketahui bahwa udang vannamei dikenakan harga Rp.45.000/kg dan jumlah udang yang bisa dihasilkan sebanyak 1000kg sehingga pendapatan yang diperoleh Tahir dalam penjualan udang vannamei mencapai 45.000.000/3bln.
c. Analisis Keuntungan
Tabel 17. Keuntungan Tahir
Identitas responden
Total keuntungan per 3 bulan/musim
Nama
 Pekerjaan
Jumlah TR (Rp)
Jumlah TC (Rp)
Jumlah  π (RP)
Tahir
Petani tambak
Rp. 45 juta
Rp.34.125.000
Rp.10.875.000
Sumber :Data primer yang telah diolah, 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah TR Rp.45.000.000 dan jumlah TC Rp.34.125.000 sehingga keuntungan yang diperoleh oleh Sahar setiap 3 buluannya mencapai Rp.10.875.000.




Penyelesaian :
RESPONDEN 1 (H. Basri)
a.   Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 3.887.000 + 22.087.000
TC = 25.974.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 888
TR = 40.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 40.000.000 – 25.974.000
Π = 14.026.0000
RESPONDEN 2 (Ridwan)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC       
TC = 2.350.000 + 15.700.000
TC = 18.050.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P  x Q
TR = 45.000 x 777
TR = 35.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 35.000.000 – 18.050.000
Π = 16.950.000
RESPONDEN 3 (Sahar)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 9.350.000 + 51.240.000
TC = 60.590.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 4000
TR = 180.000.000

c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 180.000.000 – 60.590.000
Π = 119.410.000
RESPONDEN 4 (Basri)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 3.275.000 + 50.000
TC = 3.325.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 133
TR = 6.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 6.000.000 – 3.325.000
Π = 2.675.000
RESPONDEN 5 (Tahir)
a. Analisis Pengeluaran
TC = VC + FC
TC = 3.825.000 + 30.300.000
TC = 34.125.000
b. Analisis Pendapatan
TR = P x Q
TR = 45.000 x 1000
TR = 45.000.000
c. Analisis Keuntungan
Π = TR – TC
Π = 45.000.000 – 34.125.000
Π = 10.875.000

























V. PENUTUP
A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktek lapang Ekonomi Sumberdaya Perikanan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.   Tingkat produksi dan produktifitas masyarakat dalam usaha budidaya udang vannamei boleh dikatakan telah berhasil, walaupun alat dan teknik yang digunakan masih sederhana namun dapat memberikan hasil yang dapat mencukupi kebutuhan mereka. 
2.   Pada umumnya sumber dana masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya udang vannamei berasal dari modal pribadi dan pinjaman. 
3.   Faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan antara lain : jumlah bibit yang ditebar, luas tambak dan pakan
A.  Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan sehubungan dengan praktek lapang ini adalah:
1.    Untuk tempat praktek: sebaiknya masyarakat lebih meningkatkan teknik budidaya udang vannamei agar dapat memberi hasil yang labih banyak.
2.    Untuk asisten: sebaiknya asisten lebih memperhatikan keamanan praktikan sebab asisten adalah penanggungjawab praktek sehingga praktek dapat berjalan lancar sesuai rencana.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003. Menganalisis Tingkat Pekerjaan di bidang Budidaya di Sulawesi Selatan. http://wartapedia.com/. Diakses pada pukul 22:13 pada tanggal 2 April 2012.

Amin, 2011. DKP Pangkep. Jaga Laut dan Pesisir Kita untuk Kesejahteraan Masyarakat. http://dislutkanpangkep.wordpress.com/. Diakses pukul 23:14 pada tanggal 2 April 2012.

Aris, 2011. Modul Ekonomi Sumberdaya Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Letlora, 2008. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. http://pola-pikir-maluku-tenggara-barat.blogspot.com. Diakses pukul 22:23 pada tanggal 2 April 2012.

Megawanto, Rony, 2010. Profil Kawasan Konservasi Laut Daerah  Kabupaten Pangkep. http://romeo90245.wordpress.com. Diakses pukul 22:49 pada tanggal 2 April 2012.

Putra Ifadi, Elfian. 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan Masyarakat Nelayan. http://lontar.ui.ac.id/. Diakses pukul 22:15 pada tanggal 2 April 2012.

Sudirman M,Pi ,Ir dan Prof. Dr. Ir. Acmar Mallawa, DEA. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Makassar.
Sulistiyanti, 2007. Ekonomi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. http://www.scribd.com/doc/. Diakses pukul 23:02 pada tanggal 2 April 2012.










DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………   
HALAMAN SAMPUL ..……………………………………………………..
LEMBAR NILAI ……………………………………………………………..   
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………   
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….  
DAFTAR ISI …………………………………………………………………   
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………..     
B. Tujuan dan Kegunaan …………………………………………………..     
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Sumberdaya Perikanan ………………………………………………     
B.    Aktivitas Pemanfaatan........... ………………………………………..     
C.   Pelestarian Sumberdaya Perikanan..………………………………..      
BAB III. METODOLOGI PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat  ……………………………………………………..     
B. Metode pengambilan data ……………………………………………...      
C. Analisis Data.  …………………………………………………………...                 
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Praktek …………………………………………                
B. Kebijakan Harga Komoditi Perikanan …..……………………………..                 
C. Srrategi Penetapan Harga Komoditi Perikanan ………………………     
D. Kekuatan-kekuatan dalam Menunjang Peningkatan Komoditi
Perikanan ………………………………………………………………….  
E.Kekurangan-kekurangan dalam Komoditi Perikanan ………………….   



BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………......              
B. Saran ……………………………………………………………………….              
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar