Naskah
Drama : Buah
Renungan
Setting
Panggung
Menggambarkan pekarangan rumah yang nampak beberapa
benda yang diantaranya, ada becak tua, ada bale-bale yang terbuat dari bambu
dan ada sangkar burung yang letaknya dekat pintu masuk rumah. Rumah yang nampak
dinding depannya saja dengan pintu sehelai kain gorden kumal.
Suasana hening, hanya terdengar suara musik
melantun bersumber dari radio kecil yang terletak dalam becak dan lalu kemudian
nampaklah sosok seorang lelaki tua dengan wajah yang lesu, di tangannya
menenteng sebuah bungkusan lalu menghampiri sarang burungnya, ia kemudian
mengambil sesuatu dalam kantongan tersebut dan memberikan pada burungnya.
Taklama kemudian iapun beranjak menuju sebuah becak yang langsung mengambil
sehelai kain tua yang terselip di becaknya dan lalu membersihkan bagian ban
belakang. Sementara pak tua yang dikenal dengan nama Daruli membenahi becak
reotnya, tiba-tiba terdengar dari dalam rumahnya teriakan anak perempuannya
yang bernama Sarola. Tapi pak tua tidak terpengaruh oleh suara itu, ia tetap
saja melakukan kegiatannya.
Sarola (suara luar)
Tidak
…..tidaaak …..jangan kau lakukan, aku tidak mau ……lepas …lepaskan… tolong….tolooong…jangan
pegang..jangan kau buka…. Jangan ………. bapak… bapaaaaaaaaaaaaaaak
tolooooooooooooooooong…..
Mama Lakuja (suara
luar)
Sarola
sadar nak. Kamu jangan berteriak, kamu jangan histeris seperti itu, tak ada
orang lain disini, tak ada nak, Cuma ada mama dan bapakmu diluar, kau diamlah
Sarola (suara luar)
Siapa
kamu……jangan dekat, jangan …aku tidak kenal kamu….jauh jauh kau
Mama Lakuja (suara
luar)
Ini
mama nak (menangis) mama kandungmu, apa kamu tidak kenal lagi Sarola sama mama
nak, sebegitu parahkah sakitmu, oh Tuhan.
Sarola (suara
luar)
Tidak
……. aku tidak kenal kau …..
jangan dekat (sambil berlari
keluar ruang lalu tiba diluar diapun tertawa)
Mama Lakuja (suara
luar)
Sarola ………….
(mengikuti anaknya) kamu kenapa
keluar di dalam saja nak. (mendekati Sarola lalu kemudian berdiri berjalan
menghampiri suaminya yang nampak dari tadi hanya berdiam diri tanpa ada
reaksi). Pak nampaknya Sarola semakin parah, kejiwaannya makin terguncang,
kasihan anak kita itu pak, mama merasa takut sekali… jangan jangan dia akan
menjadi gila….. Pak coba kamu lihat Sarola, tidakkah terbetik di hati bapak
melihat kondisi anak kita seperti itu. Pak …bapak …kenapa diam saja ayo bicara
(sambil mengguncang pundak suaminya)
Bapak Daruli
Apa
yang harus bapak perbuat, terhadap anak itu (sambil berdiri). Bapak tahu memang
dia sudah sakit, sakit jiwa ma. Lalu apa daya kita untuk mengatasinya.
Mama Lakuja
Jadi
bapak sudah tahu, apa seterusnya kita membiarkan dia terus begitu… Mama takut
pak kalau nanti gilanya semakin jadi, lakukanlah sesuatu bagaimanapun caranya
agar kita bisa menolong Sarola, mama teramat iba dengan melihat keadaannya
seperti itu, dia anak perempuan kita satu-satunya. (sambil berlalu dan kemudian
menghampiri Sarola).
Bapak Daruli
Dengan
cara apa ma? …apa kita harus membawanya ke rumah sakit dan darimana kita
mendapatkan uang untuk membayar biayanya, tidak sedikit ongkos yang dipakai
untuk mengobati penyakit seperti itu.
Mama Lakuja
Apa
kita biarkan saja Sarola seperti itu sampai mati ?
Sementara
ketegangan berlangsung tiba-tiba muncullah Bibi Rolida saudara perempuan Bapak
Daruli dengan kedatangannya disertai raut wajah seakan tersenyum, tapi Mama
Lakuja langsung masuk ke rumah dengan membuang muka begitu melihat kedatangan
kakak iparnya tanpa basa-basi.
Bibi Rolida
Lah,
apa gerangan yang sudah terjadi Daruli? Tadi saya mendengar istrimu bersuara
besar terhadapmu, dan herannya kenapa begitu dia melihat saya datang…dia
langsung masuk, dia lihat apa saya. (lalu tatapannya dialihkan ke Sarola dan
melangkah hendak mendekatinya).
Sarola
Siapa
kamu …… jangan dekat …jangan dekat…
(ketakutan, lalu tiba-tiba tertawa keras dan menunjuk Bibi Rolida) ha.......
ha……. ha……. orang gila datang …kamu
gilakan …. tu.. lihat bajumu, masa warna begitu dipakai malam-malam begini
…..gila ….ha ….ha (sambil jingkrak-jingkrak)
Bibi Rolida
Daruli…
tampaknya anakmu ini sedang terganggu jiwanya, peristiwa apa gerangan yang telah
menimpanya ……lihat dia tertawa lalu
menangis, apa yang menyebabkan dia sampai begitu Daruli, kasihan sekali
….cantik cantik tapi sayang tidak waras.
Bapak Daruli
Baru
saja dia mengalami musibah berat (sambil berjalan menuju kandang burungnya).
Bibi Rolida
Musibah…?
Musibah apa gerangan sampai-sampai dia seperti itu (terheran), ayo katakanlah
Daruli.
Mama Lakuja (suara
luar)
Tidak
perlu kau ceritakan kepadanya. (teriaknya dari dalam)
Bibi Rolida
Kenapa
istrimu berkata seperti itu, bukankah saya ini bahagian keluargamu juga dan
saya rasa wajar, apa salahnya toh, kalau saya turut mengetahui apa-apa yang
telah kalian alami
Mama Lakuja
(suara luar)
Ini
bukan urusan kamu, takperlu kau tahu apalgi mencampurinya.
Bibi Rolida
Ayolah
Daruli ceritakanlah apa penyebab dari semua ini, sampai anakmu yang menjadi
korban. Tidak usah kau hiraukan larangan istrimu. Bicaralah kepada saya sebagai
kakakmu.
Bapak Daruli
(agak
ragu-ragu kemudian menarik nafas panjang) tiga bulan yang lalu … Sarola, anakku
ini mengalami suatu peristiwa yang amat berat tanggungannya, sehingga membuat
dia trauma.
Bibi Rolida
(mendesak)
peristiwa apa itu ?
Bapak Daruli
Dia
….. di..a ….. diperkosa oleh lima orang pemuda
Bibi Rolida
Apa
… ? (tercengang) diperkosa … ? Kenapa bisa … ?
Bapak Daruli
Ya,
bisa saja itu terjadi, semua itu terjadi karena ulahnya sendiri, yang tidak
pernah mau mendengar nasehat orang tua. Ya …. Akhirnya dia dapat ganjarannya.
Bibi Rolida
Oh
begitu … mau diapalagi nasi sudah menjadi bubur, dan itu barangkali sudah
merupakan takdir buat dia, atau … buat keluarga ini. Nah! Sekarang … ini bisa
menjadi alasan kamu untuk menjual sisa tanah warisanmu itu di kampung, saya
rasa uangnya dapat kamu pakai untuk biaya berobat anakmu yang gila itu, selain
itu juga sisanya dapat kau gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupmu, bagaimana
… ?
Mama Lakuja
Saya
tidak setuju kamu jual tanah itu … sampai kapanpun, dan jangan kamu dengarkan
hasutan perempuan itu (teriakannya dari dalam).
Bibi Rolida
Bodoh
sekali kalian, apa kalian ingin hidup sepanjang masa dalam keadaan begini, sengsara
membanting tulang hanya untuk makan, tidakkah ada di benak kalian, terutama kau
Daruli … untuk mengecap hidup yang mapan, bersenang-senang seperti orang lain
Mama lakuja
Biarkan
kami hidup seperti ini yang penting tidak menjadi benalu buat orang,
Bibi Rolida
Dasar
orang kampung …tidak mau diatur, nikmatilah penderitaanmu sampai ajal menjemput
kamu. (menggerutu sendiri).
Tengah
mereka membahas tentang warisan, lalu muncullah anak laki-laki yang bernama
narumpa, yang datang sempoyongan mabuk dengan wajah sedikit mengkerut, iapun
lalu memberikan komentar.
Narumpa
Benar
…..apa yang bibi bilang. Keluarga ini (sekali-kali keselek) sepertinya sudah
digariskan untuk senantiasa hidup sengsara, hidup dalam ruang kemiskinan yang
serba kekurangan, sedetikpun kami takpernah mengecap apa yang namanya senang,
dan bisa tertawa. Hanya menangis menggerutu, mengeluh setiap hari yang kita
hadapi.
Bibi Rolida
Kasihan
keluarga ini, sungguh …sungguh amat kasihan, seperti teriris sembilu hati saya
mendengarnya. Apalagi melihat kondisi adikmu Narumpa yang sangat
memprihatinkan, bibi yang terbilang keluarga dekatmu merasa taktega melihat
kalian begini.
Narumpa
Kalau
soal gilanya Sarola, saya pikir itu takdir yang dia cari sendiri …..coba bibi
bayangkan, bagaimana orang tidak berniat
memperkosa dia, setiap hari kemanapun dia pergi, selalu berpakaian yang
mengundang birahi laki-laki, rok kini, baju ketat dengan dada terbuka, siapa
kira-kira yang tidak terhasrat untuk menggaulinya, jadi wajarlah kalau akhirnya
dia mendapat celaka.
Bibi Rolida
Lalu
apa reaksi bapakmu, selaku orang tua yang semestinya melindungi keluarga.
Narumpa
Reaksi
…hu … apa yang kami bisa harapkan dari tipe bapak semacam dia (sambil menunjuk
ke arah bapaknya) yang seharian kerjanya hanya mengurusi becak tua dan burung
peliharaannya.
Mama Lakuja
(muncul
dari dalam rumah) kenapa kau berkata seperti itu Narumpa, apalagi ini kau
ucapkan di depan perempuan itu, tidakkah kau lihat, tidakkah kau merasakan
sendiri betapa bapakmu setiap hari membanting tulang demi untuk berusaha
menghidupi kita.
Sarola
Hore
…hore ramai …permainannya seru sekali, ayo …ayo … terus maju perempuan tua
…jangan mau kalah sama lelaki itu ……… ayo …ayo …ayo … (berjingkrak jingkrak
nampak kegirangan, tiba-tiba terhenti)
Narumpa
Diam
…! Kau orang gila …dasar sinting, lebih baik mama bawa saja dia masuk ke dalam,
jangan sampai aku seret paksa dia, mengganggu saja (membentak kepada Sarola)
Sarola
(ketakutan
berlari kesudut dan menangis)
Mama Lakuja
Kau
saja yang masuk pemabuk, kerjamu setiap hari mabuk, anak macam apa kau ini
Narumpa. Sudah kau tahu adikmu sakit ..malah kau bentak-bentak, jangan jangan
kamu juga sudah sinting, ayo …masuk sana …! Tidak perlu kau ladeni perempuan
itu,
Narumpa
Biar
….biarkan aku disini ma, aku mau beberkan kepada bibi saudara bapakku yang
penuh perhatian ini, bahwa apa semua yang dialami dalam keluarga ini, semua
gara-gara dia ….. (menunujuk ke arah bapaknya).
Mama Lakuja
Jaga
mulutmu itu Narumpa, kau bicara sudah diluar kesadaranmu …kenapa semua penyebab
dari semua ini, kau limpahkan kepada bapakmu.
Narumpa
Siapa
lagi, kalau bukan dia …aku jadi pemabuk, penjudi, bahkan merampok orang, itu
karena mungkin dalam tubuh aku ini mengalir darah titisan dari orang yang
darahnya kotor …dan coba mama lakuja perhatikan, adikku Sarola menjadi korban
nafsu laki-laki, mungkin saja itu buah hasil dari semua perbuatan lama dari
orang dekat dan akhirnya Sarolalah yang menanggung balasannya.
Mama Lakuja
Hentikan
…! Omong kosong itu Narumpa, kamu dengar ini baik-baik, kamu dan adikmu itu
bukan anak haram, kalian terlahir dari proses yang halal …semua yang menimpamu
saat ini, itu karena ulahmu sendiri, tidak ada hubungannya dengan titisan darah
orang tuamu.
Narumpa
Alaaaa
………justru mama yang omong kosong, buka mata nurani mama lebar-lebar dan coba
sekali saja renungkan mengapa kita sampai hidup seperti ini ? Takada yang semua
bersumber dari dia.
Mama Lakuja
Dasar
anak taktahu diri, takpunya perasaan, setan darimana yang merasuki tubuhmu.
(sambil maju hendak menampar Narumpa).
Narumpa
Setannya
bapak …..
Mama Lakuja
Kurang
ajar kau …….Narumpa, lancang sekali mulutmu itu. (sambil maju hendak menampar
Narumpa)
Bibi Rolida
Sabar
dek Lakuja, jangan terbawa emosi, (sambil tangannya menahan seakan mau melerai),
pemukulan bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Sarola
(histeris
berteriak) jangan kau bunuh aku ….. tidak ….tidaaak ….jangan ganggu ….Pergi
….pergiiii …. (semakin histeris seperti orang kerasukan).
Mama Lakuja
Ada
apa nak …kamu kenapa ….sadar nak Sarola (berlari menghampiri Sarola, lalu
kemudian pandangannya ke arah Narumpa), ini gara-gara kaumu anak setan, pergi
kau dari sini.
Narumpa
Gara-gara
dia…
Mama Lakuja
Kamu
…….
Narumpa
Dia
……
Suasana
semakin tegang, alunan musikpun semakin menderu seakan menambah kegentingan
masalah, lalu tiba-tiba terhenti dengan terdengarnya suara Bapak Daruli.
Bapak Daruli
(spontan
berdiri dengan muka yang memerah, mata yang melotot, lalu) hentikaaaaaaaaaan
semua ……kalian berdua tak perlu bertengkar, dan saling menuding ….semua yang
terjadi ….itu karena ….karena ….ach (memegangi dada kirinya, seolah ada rasa
sakit, mama lakuja lalu hendak mendekati) ……jangan mendekat, saya tidak
apa..apa …. (nafasnya nampak tersengal-sengal) dengar Lakuja istriku, apa yang
dikatakan Narumpa, itu memang benar, sayalah penyebab dari semua kejadian yang
menimpa keluarga kita.
Mama Lakuja
Bapak
jangan berkata seperti itu serta menyalahkan diri sendiri, dalam hal ini
takperlu ada yang kita persalahkan.
Bapak Daruli
Tidak
...Lakuja, ini ..sungguh-sungguh benar, ini adalah karma yang dijatuhkan kepada
saya, atas segala perbuatan yang telah saya lakukan dimasa lalu.
Mama Lakuja
Bapak
takperlu mengada-ada, ini takdir pak, sudah garisan hidup kita.
Bapak daruli
Memang
takdir, tapi sayalah yang mengundang takdir itu datang menyelimuti kehidupan
kita (terjatuh dan berusaha berdiri kembali, dengan nafas yang berat). Kalian
dengarkan semua, bapak dimasa lalu adalah sosok manusia bejat, suka menodai
anak orang, sering merampas barang milik orang, penjudi, pemabuk, bahkan bapak
pernah membunuh orang. Semua bapak lakukan karena bujukan dan rayuan seseorang
yaitu saudara perempuanku ini ..Rolida
Bibi Rolida
(merasa
ketakutan) jangan sembarang bicara kau Daruli
Bapak Daruli
Tidak
usah kau mengelak, kaukan yang membentuk saya seperti ini, dulu demi untuk
memenuhi kebutuhan hura-huramu, kau jadikan saya sebagai ladang pendapatanmu
dengan segala cara apapun.
Bibi Rolida
Omong
kosong kamu Daruli. Jangan sembarang fitnah, menuduh orang yang bukan-bukan.
Bapak Daruli
Dasar
perempuan iblis, sudah jelas-jelas kamu penyebabnya, masih tidak mau mengakui.
(kemudian secara tiba-tiba berlari menuju Bibi Rolida) …..kubunuh kau perempuan
setan (sambil menusukkan sesuatu ke tubuh Bibi Rolida).
Bibi Rolida
Kau
….kau ……Daruli menikam saya, kakakmu …… achhh …..tolong ….tidak ……tidaaak
…….saya tidak mau mati ….. tidak ………tidaaak ………..Narumpa tolong bibi nak …tolong
……… tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak ……….ach……..
Akhirnya
Bibi Rolida mati di tangan adiknya, orang yang ternyata di masa lalu banyak
menoreh catatan suram di buku harian Bapak Daruli, semua mata hanya mampu
tercengang melihat kejadian ini, musik melantun nuansa duka.
Mama Lakuja
Mengapa
bapak lakukan itu, ini pembunuhan pak, bapak nanti di penjara.
Bapak Daruli
Dia
pantas mati Lakuja, sangat pantas, dan saya ……….Achhhh (memegang dadanya dan
kembali terjatuh, tapi tak sanggup lagi untuk berdiri) saya merasa puas dengan
melenyapkan dia di dunia ini, sekalipun dia saudaraku sendiri. Kau Narumpa
..kesini nak dekat bapak, bapak hanya berharap kamu mau memaafkan bapak, dan
cobalah berusaha berubah menjadi anak yang baik, sekalipun darahmu kotor ..kau
bisa mensucikannya kembali …..dan jaga mamamu, lindungi adikmu, sembuhkan
adikmu ……..
Narumpa
Narumpa
yang semestinya memohon maaf kepada bapak atas segala dosa-dosa anak durhaka
ini.
Bapak Daruli
Kau
tidak perlu minta maaf ..aach ..cukup kau lakukan apa yang bapak amanatkan
kepadamu, itu dapat kau lakukan. Dan kau Lakuja maafkan
saaa…….saaaa……..yaaaaaaa ……….ach. (akhirnya pula Bapak Daruli meninggal
dipangkuan anaknya).
Mama Lakuja dan Narumpa
Bapaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak
………….. (keduanya menangis)
Sarola
Bapak
….mana ….mana ..bapak …….bapaaaaaaaaaaaaak. (sambil berjalan kesana kemari
mencari bapaknya, tanpa memerdulikan kehadiran mama, bibi, kakak dan tubuh sang
bapak yang kaku, lalu diapun menangis histeris) bapak di mana kau ……bapak
..kesini ..Sarola disini.
Akhirnya
semua membisu, suasana haru menyelimuti setiap sudut ruang, hanya nada-nada
sendu mengalun terdengar dan kemudian hilang.
*Sekian*
Staf Produksi
1.
Para Pemain
1.
Muchlis Sebagai Bapak Daruli
2.
Nurul Eka H. Sebagai Mama
Lakuja
3.
Husnul Sebagai Bibi
Rolida
4. Husni J.
Sebagai Narumpa
5.
Kurniati A. Sebagai Sarola
2.
Sutradara : St. Nurwahidah
3.
Penulis Naskah : Ibrahim Azis
4. Penata Musik : 1. Muh Fauzi
2. Ibrahim Azis
5.
Penata Artistik : Nurul Eka H.
6. Penata Lighting :
Rachmady
7.
Para Crew : Anggota Teater Kaca
SMA Neg.3 S.Minasa
Sinopsis
Buah Renungan
Adalah sebuah penggambaran
kehidupan pada sisi tingkat kesosialan yang terbelakang, di mana semua aspek
taklagi punya arti. Kecongkakan menjadi dominasi, keserakahan menjadi penguasa
dan yang pada akhirnya nistalah yang semaki hakiki.
Sekelumit fenomena menjadi
saksi mencoba menguak di permukaan meski nafas membelenggunya hingga jasadpun
turut menjaga namun waktu berkata lain dan bahkan merobeknya, lalu
tercabik-cabik.
Kodrat ketamakan, kerakusan,
yang berbuah kegelisahan senantiasa ingin meraibkan semua ketulusan, keluguan
dan sampai pada kesabaran yang pada gilirannya berubah menjadi bisu.
Takada akibat yang menjadi
korban, takada sebab yang termakan semua berjalan seakan jejaknya takpernah
ada.
Akhirnya syair-syair
penyesalan berkumandang seiring nada-nada tangis meski diselanya ada
lirik-lirik merontah, seruni semakin melantun seakan takmau berhenti sepanjang
buah renungan taklagi dimaknai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar